Selasa 02 Jun 2020 15:49 WIB

Pernah Susah Konsentrasi Usai Makan Burger Keju dan Kentang?

Sebuah studi di Ohio State University mengungkap kaitan makanan dan konsentrasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Burger dan kentang goreng. Menurut studi, makanan yang tinggi lemak jenuh bisa memengaruhi kemampuan otak untuk memusatkan konsentrasi.
Foto: Pixabay
Burger dan kentang goreng. Menurut studi, makanan yang tinggi lemak jenuh bisa memengaruhi kemampuan otak untuk memusatkan konsentrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kalanya orang menjadi susah berpikir setelah makan. Anda pernah mengalaminya?

Candaan "kenyang bego" sepertinya menemukan bukti ilmiahnya lewat hasil studi Annelise Madison, seorang mahasiswa pascasarjana di bidang psikologi klinis di Ohio State University. Madison mengatakan bahwa makanan tinggi lemak jenuh mempengaruhi kemampuan konsentrasi kala bekerja.

Baca Juga

Penelitiannya menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh bisa menghambat kemampuan otak untuk fokus. Contohnya, selepas makan burger keju plus kentang goreng.

"Secara anekdot, banyak orang berjuang untuk fokus setelah makan siang," kata Madison dilansir Health 24, Senin (1/6).

Lemak jenuh ditemukan dalam daging merah, produk susu, dan minyak kelapa dan kelapa sawit. Menurut American Heart Association, itu semua juga dapat meningkatkan kolesterol dan menyumbat pembuluh darah.

Madison menjelaskan, studi ini akan melihat bagaimana efek jangka pendek dari satu kali mengonsumsi makanan lemak jenuh. Studi ini meneliti data dari pekerjaan yang dilakukan di lab mentornya, Janice Kiecolt-Glaser, direktur Institute for Behavioral Medicine Research, Ohio State University.

Studi terbaru ini mengamati 51 wanita yang diberikan satu dari dua pilihan makanan, yakni satu tinggi lemak jenuh dan lainnya tinggi lemak tak jenuh. Kedua makanan itu mengandung 930 kalori dan 60 gram lemak.

Kemampuan mereka untuk konsentrasi diuji lima jam kemudian dengan tantangan terkomputerisasi untuk membedakan target dari gangguan.  Tes diulang satu hingga empat pekan kemudian, namun peserta diberi makan kebalikan dari putaran pertama.

Sebelum fase kedua ini, para peserta diminta berpuasa selama 12 jam. Tim Madison menemukan bahwa para wanita itu mendapat skor 11 persen lebih rendah pada tes komputer setelah mereka mengonsumsi makanan berlemak jenuh, daripada setelah mengonsumsi makanan tak jenuh lemak yang dibuat dengan minyak bunga matahari.

Dalam artikel jurnal mereka, para peneliti mengatakan studi sebelumnya telah menunjukkan konsumsi jangka panjang dari diet tinggi lemak dapat memengaruhi keterampilan berpikir. Sementara temuan kedua adalah wanita yang memiliki tingkat tinggi zat kimia darah, yang menunjukkan mereka memiliki sindrom usus bocor mendapat nilai buruk setelah kedua kali makan.

Sindrom ini agak kontroversial, karena tidak semua praktisi medis mengenali usus bocor, di mana bakteri dan racun dikatakan larut ke dalam aliran darah dari usus. Madison mempertanyakan kemungkinan asupan makanan tinggi lemak berperan dalam kondisi tersebut.

"Ini adalah penelitian kecil dan penelitian singkat, tetapi ini adalah penelitian yang menarik. Kita perlu menindaklanjutinya," kata Connie Diekman, mantan Presiden American Dietetic Association.

Menurut Diekman, temuan ini mendukung saran lama dari ahli diet dan ahli kesehatan lainnya untuk mengurangi asupan lemak jenuh. Dia pun menekankan pentingnya makan buah dan sayuran, terutama sayuran berwarna gelap.

"Diet sangat penting," kata dia.

Amy Rose Sager, ahli gizi terdaftar di East Sandwich, Massachusetts mengatakan, temuan bahwa makan tunggal yang tinggi lemak jenuh dapat memengaruhi otak itu menarik, tetapi perlu studi lanjutan. Dia mengatakan dia ingin penelitian di masa depan untuk menggali lebih dalam jenis lemak yang lebih spesifik dan berapa lama efek dari satu kali makan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement