Jumat 12 Jun 2020 00:32 WIB

Guru Perlu Pendekatan Berbeda untuk Proses Belajar Daring

Guru diharap dapat membuka wawasan dan mau belajar sesuatu yang baru.

Seorang siswi kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan internet di Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang kegiatan belajar dari rumah bagi pelajar di Jakarta hingga 19 April 2020, hal itu sesuai dengan perpanjangan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 bagi DKI hingga 19 April.
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Seorang siswi kelas 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan internet di Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/4/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang kegiatan belajar dari rumah bagi pelajar di Jakarta hingga 19 April 2020, hal itu sesuai dengan perpanjangan status tanggap darurat bencana pandemi Covid-19 bagi DKI hingga 19 April.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati pendidikan Doni Koesoema mengatakan, jelang dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021 perlu ada adaptasi dan pendekatan berbada cara mengajar guru dalam pembelajaran via daring (online) ketika masih banyak sekolah belum bisa dibuka akibat pandemi Covid-19.

"Bahwa proses pembelajaran jarak jauh tidak efektif, iya memang (benar). Karena tidak bisa menjangkau semuanya, penjelasan guru tidak bisa panjang lebar dan juga proses komunikasi dan metodologi belajarnya juga tidak bisa seluas seperti yang sebelumnya," kata anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) itu ketika dihubungi dari Jakarta pada Kamis (11/6).

Karena itu, menghadapi situasi seperti sekarang harus ada perubahan paradigma perspektif dan cara mengajar untuk guru. Hal itu dikarenakan karena banyak guru yang tidak siap dengan belajar jarak jauh.

Oleh karena itu, dia berharap guru dapat belajar membuka wawasan dan mau belajar sesuatu yang baru untuk proses belajar dari rumah (school from home) yang dilakukan ketika masih banyak daerah mencatat tren penambahan kasus Covid-19.

"Kemudian harus sadar bahwa pembelajaran tatap muka dan online itu berbeda. Maka dari segi penugasan dan pendekatan pula harus berbeda," kata dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) itu.

Guru perlu kreatif dalam memberi penugasan kepada siswa selama belajar daring. Dia memberi contoh bagaimana jika dalam penugasan anak diberikan persoalan yang jawabannya dapat dicari dengan mudah di internet atau hanya menyalin maka tidak akan terjadi proses pembelajaran.

Selain harus beradaptasi dan berubah, koordinasi juga perlu dilakukan antara guru sehingga tidak setiap guru memberi tugas agar tidak terjadi penumpukan.

Karena itu, kepala sekolah perlu membagi porsi-porsinya. Sebab, menurut dia, pembelajaran online juga bukanlah hal yang mudah bagi siswa dikarenakan ketiadaan sentuhan manusia dalam prosesnya.

"Perubahan seperti itu harus diterima, karena kondisi ini akan seperti ini terus. Dalam arti bahwa suatu ketika harus ada pembelajaran jarak jauh itu akan menjadi dunia pendidikan kita," tegas Doni.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memastikan tahun ajaran baru 2020/2021 tetap akan dimulai pada pekan ketiga Juli. Namun, hal itu bukan berarti sekolah akan langsung dapat menerapkan sistem pembelajaran tatap muka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement