REPUBLIKA.CO.ID --- Oleh Muhammad E Fuady*
Wajah media kini memang telah berubah. Kehadirannya tak lagi seperti pada masa lalu. Kini media lebih personal dan hadir dimana pun.
Khalayak meninggalkan media massa yang dianggap telah usang beralih pada media sosial yang dapat memuaskan dahaga netizen akan informasi dan konten.
JB Walter mengungkapkan komunikasi hiperpersonal melalui media sosial ini memang memikat penggunanya. Konten personal yang disajikan para content creator menjadi magnet bagi netizen untuk menjadi subscriber dan followernya.
Content creator dapat dipahami sebagai kegiatan penyebaran informasi yang ditransformasi ke dalam sebuah gambar, video dan tulisan. Konten tersebut disebarkan melalui berbagai platform, salah satunya adalah media sosial yang begitu beragam. Youtube, Instagram, Facebook, dan Tiktok, adalah beberapa di antaranya.
Para content creator sendiri bekerja dengan mengumpulkan ide, data, dan bila perlu melakukan observasi atau riset untuk menghasilkan suatu konten yang berkualitas.
Content Creator bekerja untuk menghasilkan konten yang sesuai dengan identitas dan branding yang ditentukan. Sejatinya seperti itu.
Idealnya, konten yang dihasilkannya memberikan informasi, mengedukasi, sekaligus menghibur netizen. Konten kemudian disesuaikan dengan platform yang dipilih karena tiap media sosial memiliki karakteristik yang berbeda.
Konten pada Youtube bisa berupa video dan podcast berdurasi panjang, sementara pada Instagram dan TikTok, konten dibatasi durasi. Meski, seorang content creator bisa saja menghasilkan karya yang multi-platform.
Kehadiran content creator ini menggeser perhatian publik dari layar kaca ke media sosial. Penonton televisi kini telah beralih pada konten di internet dan media sosial.
Sebuah channel dari seorang content creator saja di subscribe oleh jutaan netizen. Jumlah like dan viewers-nya pun mencapai angka jutaan.
Para Content Creator banyak menyajikan prank atau perbuatan jahil mengerjai orang lain. Video dengan konten seperti itu relatif disukai netizen.
Ada sajian konten prank di media sosial yang memiliki manfaat dan tak sedikit pula yang sarat kontroversi, tak memberikan keteladanan apapun.
Video menjahili sekelompok waria dengan kotak makanan berisi sampah, misalnya. Itu mengundang kecaman publik. Siapapun korbannya, hal itu tak pantas dilakukan.
Dalam video klarifikasi pun pelaku mengatasnamakan agama. Untuk membuat jera kelompok sosial seperti waria, boleh saja kata mereka.
Salah satu kontroversi lain adalah lelang keperawanan senilai dua milyar untuk membantu tenaga kesehatan yang berjibaku melawan Covid-19. Jagat media sosial gempar.
Setelah viral dan mendapat kecaman, sang pelaku Sarah Salsabila akhirnya memberi klarifikasi bahwa pernyataannya hanya sebuah sarkasme. Kecaman pun mereda.
Dari sekian banyak Youtuber "unfaedah", salah satu content creator yang memberikan keteladanan adalah Baim Wong. Ia artis yang fokus memilih profesi content creator.
Ia menyajikan berbagai konten personal seperti kegiatannya sehari-hari dan aktivitas sosial kepada orang yang membutuhkan uluran tangan.
Pemberian bantuan pada orang-orang yang tidak mampu di channel Youtube milik Baim Wong acapkali mengaduk perasaan penonton, penuh haru.