Ahad 26 Jul 2020 15:02 WIB

Siswa tak Mampu Belajar Daring, Pakar: Evaluasi Per Daerah

Kondisi yang memaksa setiap siswa untuk belajar daring saat ini belum merata.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Endro Yuwanto
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan Indra Charismiadji menyarankan setiap pemerintah daerah (pemda) untuk melakukan evaluasi keadaan pendidikan. Menurut dia, kemampuan atau kondisi yang memaksa setiap siswa untuk belajar dalam jaringan (daring) saat ini belum merata.

''Harus evaluasi dulu kondisi masing-masing daerah. Lalu, cari solusi per daerah,'' ujar Indra, Ahad (26/7).

Indra menambahkan, ada banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan solusi di setiap daerah. Namun demikian, infrastruktur ia pastikan menjadi salah satu faktor yang utama. ''Belum dengan adanya faktor lain, seperti APBD-nya,’’ kata dia.

Indra melanjutkan, setelah ada evaluasi dan solusi di daerah tertentu, maka pemda ia nilai perlu membuat rancangan blueprint. Untuk selanjutnya, blueprint itu bisa diimplementasikan dan kembali dievaluasi.

Ketika ditanya akses internet dan gawai yang masih dirasa sulit dijangkau sebagian masyarakat, Indra tak menampiknya. Namun demikian, pengamat sekaligus praktisi pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis, ini menilai, kebutuhan tersebut bisa didukung apabila ada akses yang lebih baik. ''Start dari akses dulu, baik untuk kebutuhan gawai maupun internetnya,’’ jelasnya.

Hingga kini, di berbagai wilayah memang santer dikabarkan banyak murid yang kesulitan belajar daring karena efek pandemi Covid-19. Meski di antara murid diberitakan masih bisa meminjam gawai tetangga atau teman, namun tak jarang siswa di daerah lain masih kesulitan untuk akses tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement