REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah model perhitungan matematika mengungkap cuaca dingin dan kelembapan tinggi membuat lambatnya proses evaporasi. Hal ini berdampak pada percepatan penularan droplet penyebab infeksi penyakit Covid-19.
Droplet yang mengandung virus penyebab Covid-19 dapat menyebar lewat batuk, bersin, atau sekedar berbincang. Droplet yang berukuran amat kecil bisa terhirup orang lain hingga tertular Covid-19. Seorang manusia bisa mengeluarkan droplet antara 1-2 ribu mikrometer.
Berdasarkan model matematika, peneliti ingin mengalkulasi waktu evaporasi dengan melihat perubahan droplet dalam suhu dingin, panas dan kristalisasi. Model matematika ini menggunakan mekanisme reaksi dan teori pertumbukan rata-rata untuk mengetahui seberapa cepat droplet menyebar di berbagai kondisi.
Ternyata, droplet dapat bergerak hingga 2,5 meter dalam suhu 35 derajat Celcius dan kelembapan 40 persen. Lalu, dalam suhu 5 derajat Celcius dan kelembaban 80 persen, droplet dapat bergerak hingga 3,6 meter.
Para peneliti mendapati droplet kemungkinan besar terevaporasi lebih cepat tanpa kontak permukaan. Makin besar ukuran droplet maka makin lama terevaporasinya.
"Penting menekankan lagim meski kami sudah melakukan analisis untuk satu droplet terisolasi, tapi kenyataannya batuk atau bersin melibatkan banyak droplet dengan ukuran beragam," tulis peneliti, seperti dilansir laman Health 24 pada Senin (27/7).
Model matematika ini dianggap masukan penting dalam mengetahui transmisi droplet lewat pernapasan. Ini bukan hanya terkait Covid-19, tapi penyakit lain yang tersebar dari pernapasan.
"Kami menemukan droplet dari pernapasan berkontribusi pada peningkatan infeksi," lanjut hasil penelitian itu.
Penelitian ini menganjurkan agar masyarakat terus mengenakan masker ketika di luar rumah, terutama di negara bercuaca dingin. Sementara itu, WHO tak membantah bahwa Covid-19 bisa tersebar lewat udara. Walau begitu, WHO menuntut riset lebih banyak untuk membuktikan transmisi droplet dari udara karena masih penuh kontroversi.