REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dihadapan santri dan pengasuh Pondok Pesantren Minhajut Thulab, Desa Andoolo Utama, Kecamatan Bike, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Wakil Ketua MPR RI Dr. H. Jazilul Fawaid SQ, MA mengapresiasi jerih payah para siswa, yang tak pernah lelah untuk terus belajar. Karena belajar di ponpes, itu memang tidak ringan. Belajar di pondok juga tidak gampang karena harus belajar ilmu dunia dan akhirat.
Dengan mengajarkan ilmu dunia dan akhirat, kata Gus Jazil, menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang lengkap dan berkualitas. Terbukti banyak pemimpin bangsa yang lahir dan dibesarkan di pesantren. Sejarah membuktikan, banyak santri dan ulama yang rela berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Semasa muda, mereka belajar di pondok pesantren.
"Sudah tak terhitung jumlahnya, berapa banyak pemimpin bangsa yang lahir dari pesantren. Sudah sangat banyak, santri dan ulama yang ikut berperang melawan penjajahan. Ini menunjukkan bahwa pondok merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cocok bagi para calon pemimpin bangsa," kata Jazilul Fawaid menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Jazilul Fawaid saat bersilaturrahim dengan jajaran pondok pesantren Minhajut Thulab, Jumat (11/9). Ikut hadir pada acara tersebut pengasuh pondok Minhajut Thulab KH. Wildan Habibi AR, S. Pd.I. Pada kesempatan itu Gus Jazil mendapatkan kenang-kenangan kaos bergambar Presiden ke IV, KH. Abdurrahman Wahid.
Gus Jazil yang sempat mengenyam pendidikan di pondok pesantren pada tahun 1980 an, itu menuturkan, untuk menguasai ilmu akhirat tidak mudah. Bahkan lebih sulit dibanding ilmu dunia. Apalagi untuk mempraktekannya. Selain itu, ilmu akhirat akan selalu dibutuhkan dan berguna di mana saja. "Ilmu akhirat menuntun kita untuk selalu mengingat Allah dan berbuat baik", kata Gus Jazil menambahkan.
Dengan konsep pembelajaran ilmu dunia akhirat, Gus Jazil percaya keberadaan pesantren akan terus dibutuhkan. Apalagi, pondok sudah terbukti menghasilkan pemimpin yang mampu menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat.