Senin 21 Sep 2020 12:58 WIB

Lapisan Es Cair, Permukaan Laut Bisa Naik 38 Cm pada 2100

Permukaan laut diprediksi naik drastis jika gas rumah kaca tidak terkendali.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pine Island Glacier, salah satu gletser di Antartika runtuh, Sabtu (15/2).
Foto: esa via live science
Pine Island Glacier, salah satu gletser di Antartika runtuh, Sabtu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam studi terbaru, para ilmuwan mengingatkan lapisan es yang mencair akan naik lebih dari 15 inchi (38 cm) pada 2100 mendatang. Menurut mereka, hal itu akan terjadi jika manusia terus mengeluarkan gas rumah kaca dengan kondisi seperti ini terus-menerus.

Gas rumah kaca yang dipancarkan oleh aktivitas manusia, seperti karbon dioksida, berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim dan suhu pemanasan di planet Bumi. Terlebih, dalam penelitian juga ditunjukkan, saat cuaca mulai memanas, lapisan es di Greenland dan Antartika terus mencair.

Baca Juga

"Salah satu ketidakpastian terbesar dalam hal berapa banyak permukaan laut akan naik di masa depan adalah seberapa banyak lapisan es akan berkontribusi," ujar pemimpin proyek dan ilmuwan es Sophie Nowicki, dari Universitas di Buffalo,  dikutip Space, Senin (21/9).

Hasil dari studinya dan 60 ilmuan lain itu, menunjukkan jika emisi gas rumah kaca manusia terus berlanjut pada kecepatan seperti saat ini, lapisan es yang mencair di Greenland dan Antartika akan berkontribusi lebih dari 15 inci (38 cm) ke permukaan laut global.

Studi baru ini merupakan bagian dari Ice Sheet Model Intercomparison Project (ISMIP6), yang dipimpin oleh NASA Goddard. Dalam prosesnya, tim ISMIP6 menyelidiki bagaimana permukaan laut akan naik antara 2015 hingga 2100.

Mereka menemukan, dengan emisi tinggi yang meluas selama periode waktu ini, lapisan es yang mencair di Greenland akan berkontribusi sekitar 3,5 inci (9 cm) untuk kenaikan permukaan laut global. Sebaliknya, dengan emisi yang lebih rendah, mereka memperkirakan angka tersebut menjadi sekitar 1,3 inci (3 cm).

Namun demikian, para peneliti menyebut jika kehilangan lapisan es di Antartika akan sedikit lebih sulit untuk diprediksi. Pasalnya, es di Antartika bisa saja bertambah massa nya, seiring dengan meningkatnya curah salju.

Tim tersebut menyatakan, hilangnya lapisan es di Antartika dapat meningkatkan permukaan laut naik hingga 12 inci (30 cm). Hal itu akan berbeda dengan Antartika Barat yang bisa menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga 7,1 inci (18 cm) pada tahun 2100 dengan perkiraan emisi tertinggi.

Namun, untuk lebih jelasnya, peningkatan permukaan laut global ini hanyalah prediksi untuk tahun 2015 hingga 2100. Ini tidak memperhitungkan hilangnya lapisan es yang signifikan dan telah terjadi antara era pra-industri, serta zaman modern.

"Wilayah Laut Amundsen di Antartika Barat dan Wilkes Land di Antartika Timur adalah dua wilayah yang paling sensitif terhadap pemanasan suhu laut dan perubahan arus, dan akan terus kehilangan sejumlah besar es," kata Helene Seroussi, ketua pemodelan ISMIP6 dan ilmuwan es di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan.

Dia menambahkan, dengan hasil terbaru itu, pihaknya bisa memfokuskan arah yang lebih baik. Utamanya, untuk mengetahui apa yang perlu dikerjakan.

Berdasarkan informasi, hasil ini juga sejalan dengan perkiraan yang dibuat oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Menurut laporan IPCC 2019 itu, mencairnya lapisan es di Greenland akan berkontribusi 3,1 hingga 10,6 inci (8 hingga 27 cm) pada kenaikan permukaan laut global antara tahun 2000 dan 2100. Untuk Antartika, laporan tersebut memperkirakan bahwa mencairnya lapisan es akan menambah 1,2 hingga 11 inci (3 hingga 28 cm).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement