Rabu 23 Sep 2020 20:58 WIB

Tepat Pilih Fashion Bisa Bantu Kurangi Jejak Karbon Lho

Fashion yang berkelanjutan bisa mengurangi limbah dan emisi karbon.

Warga memilih baju bekas layak pakai hasil sumbangan di RT 02 RW 04 Kelurahan Jati Padang, Jakarta, Kamis (21/5/2020). Pakaian bekas layak pakai gratis tersebut diperuntukan bagi warga yang membutuhkan karena terdampak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta yang berimbas pada berkurangnya pendapatan mereka
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warga memilih baju bekas layak pakai hasil sumbangan di RT 02 RW 04 Kelurahan Jati Padang, Jakarta, Kamis (21/5/2020). Pakaian bekas layak pakai gratis tersebut diperuntukan bagi warga yang membutuhkan karena terdampak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta yang berimbas pada berkurangnya pendapatan mereka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Mengurangi jejak emisi karbon bsia dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya memilih fashion yang tepat.

Chitra Subyakto, pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, mengatakan bahan ramah lingkungan demi fashion berkelanjutan memang lebih mahal dibandingkan bahan lain seperti poliester.

Baca Juga

"Seperti tencel, linen, katun, tidak seterjangkau poliester karena pengolahannya lebih banyak memakan waktu dan energi supaya ujung-ujungnya tidak jadi sampah," kata Chitra dalam konferensi pers Tinkerlust, Selasa (22/9).

Namun, barang-barang tersebut bisa mengurangi limbah tekstil. Chitra menuturkan, berdasarkan penelitian sampah di Indonesia oleh Greenpeace, sampah tekstil adalah salah satu yang dominan, selain sampai plastik sekali pakai.

"Banyak brand pakai poliester karena harganya terjangkau, tapi ujung-ujungnya jadi sampah abadi dan itu menyakiti kita semua."

Untuk berkontribusi kepada bumi, setidaknya seimbangkan antara pilihan produk fashion yang akan dibeli. Jika masih punya barang fast fashion, coba gunakan juga produk dari bahan ramah lingkungan yang tahan lama dan tak mudah berakhir di tempat sampah.

Secara otomatis, masa pakainya juga bisa lebih panjang sehingga berkontribusi mengurangi limbah tekstil.

"Pakailah produk setidaknya 10 bulan, kita sudah kurangi emisi karbon gas 10 persen."

Chitra memilih untuk membuat busana yang gayanya tak lekang dimakan zaman dengan bahan ramah bumi agar bisa dipakai kapan pun. Tak tergerus dengan tren yang cepat berganti.

Samira Shihab, CEO sekaligus Co-Founder marketplace daring Tinkerlust, mengatakan fashion berkelanjutan di Indonesia masih belum selazim di Eropa atau Amerika Serikat. Namun kondisinya sudah lebih baik dibandingkan satu dekade lalu.

"Dulu fast fashion banyak, orang banyak beli karena gaya, bukan kualitas. Misi kami adalah mengajari konsumen bagaimana membuat perubahan kecil dalam hidup."

Platform tersebut awalnya dibuat untuk menjual barang-barang fashion bekas hasil kurasi yang masih laik pakai.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement