Sabtu 10 Oct 2020 05:35 WIB

Studi: 76 Persen Kasus Covid-19 tanpa Gejala

Studi University College London menemukan 76 persen kasus Covid-19 tak bergejala.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Studi University College London menemukan 76 persen kasus Covid-19 tak bergejala (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: Pixabay
Studi University College London menemukan 76 persen kasus Covid-19 tak bergejala (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ahli Penyakit Menular Amerika Serikat (AS) Dr Anthony Fauci memperkirakan kasus Covid-19 tanpa gejala terjadi sekitar 40-45 persen kasus. Begitupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya memperkirakan hal serupa.

Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa kasus Covid-19 tanpa gejala lebih dari itu. Peneliti dari University College London mempublikasikan temuan peer-review mereka pada hari Kamis (8/9) di Clinical Epidemiology.

Baca Juga

“Sedikit yang diketahui tentang proporsi orang yang terinfeksi Covid-19 namun asimtomatik (tanpa gejala). Itu berpotensi menjadi penular diam-diam,” kata peneliti seperti dikutip dari Fox News, Jumat (9/10).

Peneliti menggunakan data dari studi percontohan Survei Infeksi dari Office for National Statistics Coronavirus (COVID-19), yang mensurvei rumah tangga di Inggris. Dari 36.061 orang yang diuji antara 26 April dan 27 Juni, 625 atau 1,7 persen melaporkan gejala pada hari pengujian.

Dari total, hanya 115 orang yang dinyatakan positif dan 76,5 persen melaporkan tidak ada gejala ketika mereka diuji. Sementara 86 persen tidak menunjukkan gejala klasik untuk COVID-19. Gejala klasik seperti batuk, demam dan kehilangan indera perasa atau bau. Para peneliti mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa pengujian berbasis gejala tidak akan sepenuhnya menangkap transmisi dari asimtomatik.

“Analisis kami menunjukkan bahwa kasus COVID-19 tanpa gejala tersebar luas di Inggris pada musim semi 2020,” jelas peneliti.

Karena itu, mereka menyerukan perubahan dalam strategi pengujian untuk mencegah wabah di masa depan dan menyarankan pengujian yang masif dan luas terlepas dari gejalanya. Mereka mengatakan hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan tes sederhana yang memberikan hasil cepat dengan biaya rendah.

Namun demikian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan untuk mengkonfirmasi hasil dari tes rapid dengan tes yang lebih sensitif seperti RT-PCR atau usap hidung. WHO juga menyarankan karantina mandiri selama 14 hari setelah terpapar atau bepergian, meskipun tes Covid-19 menunjukkan hasil negatif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement