Jumat 06 Nov 2020 15:43 WIB

Awan Topi Bisa Bahayakan Penerbangan

Awan topi bisa mengakibatkan turbulensi pada penerbangan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pakar iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani mengatakan, fenomena seperti awan pusaran angin di atas gunung-gunung Pulau Jawa baru-baru ini merupakan jenis lenticularis. Awan itu tampak di Gunung Arjuno, Merapi, Merbabu, dan Lawu.

Emilya menekankan, kemunculan awan tersebut tidak terkait pertanda terjadinya bencana. Meski begitu, ia mengingatkan, awan jenis ini bisa membahayakan bagi aktivitas penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.

Baca Juga

"Awan ini berbahaya utamanya bagi pesawat yang terbang disekitarnya," kata Emilya, Jumat (5/11).

Ia menilai, awan lenticularis merupakan fenomena biasa, yang sering muncul atau terbentuk di daerah-daerah pegunungan atau gunung maupun perbukitan atau bukit. Pembentukan awan ini, kata Emilya, dipengaruhi faktor orografis atau elevasi.

Emilya menerangkan, awan sendiri biasanya sering terbentuk di sisi pegunungan yang berangin atau sisi menghadap lereng (windward). Tapi, awan jenis lenticularis terbentuk di sisi bawah angin atau di sisi belakang lereng (leeward).

Dengan begitu, saat udara lembab naik ke sisi atas gunung atau bukit akan alami pendinginan dan pemadatan, sehingga menghasilkan awan. Namun, di sisi lain yang berlawanan dengan angin, udara menurun dan menghangat, sehingga terjadi penguapan.

"Dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering, sehingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan, kadang meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO," ujar Emilya.

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geogragi UGM ini menambahkan, bentuk gelombang ada di atas gunung dan bagian bawah berbentuk pusaran air berputar. Naik dari bentuk pusaran air, dan cukup dingin untuk menghasilkan awan rotor.

Udara di awan rotor ini sangat bergejolak dan berbahaya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya. Karenanya, kondisi berbahaya itu berlaku untuk penerbangan di sisi leeward gunung atau bukit lantaran adanya gerakan ke bawah yang cukup kuat.

"Kemunculan awan lenticularis ini biasanya akan menimbulkan hujan, tapi intensitas tidak tinggi karena dasarnya uap air sudah jatuh sebagai hujan di sisi windward," kata Emilya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement