REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) mengatakan, industri pariwisata halal mulai bangkit. Rata-rata omzet yang didapat sekitar 30 sampai 40 persen dari omzet normal.
"Pendapatan itu sudah bagus sebelumnya 0 sampai 15 persen. Sekarang bahkan di saat tertentu sudah mencapai 90 persen omzetnya. Jadi lumayan, bisa cover biaya operasional," ujar Ketua PPHI Riyanto Sofyan kepada Republika, Ahad (27/12).
Ia menuturkan, pada pertengahan Maret omzet industri pariwisata terjun bebas hingga ke titik nol. Sekitar 2.000 hotel tutup dan 7.000 lebih agen perjalanan juga tutup.
"Awal Juni PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan, industri pariwisata mulai bergerak. Sekarang tidak hanya di Indonesia, semua negara pun sudah sadar pandemi ini sesuatu yang bakal panjang, di pihak lain ekonomi harus tetap jalan namun kesehatan harus tetap utama," kata Riyanto menerangkan.
Maka, lanjutnya, kebijakan di seluruh negara berupaya menggerakkan ekonomi dengan strategi wait and see. "Kalau agak pulih perlonggar lagi sedikit, kalau mulai banyak diketatkan lagi, perlu kesadaran semua pihak baik wisatawan maupun pelaku usaha, jangan kebablasan," ujar dia.
Menurutnya, kondisi saat ini memang serba salah, di satu sisi pengusaha pariwisata sudah siap. Namun penyebaran Covid-19 harus tetap diperhatikan.
"Kalau ada ledakan (penyebaran Covid-19) harus diperhatikan. Jadi tetap masih bisa bangkit dengan cara saksama dan bisa substain bertahan. Itu tantangannya," ujar Riyanto.