Tim ilmuwan melakukan pencarian rinci untuk menyelidiki asal usul virus corona baru.
REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN — Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tengah melakukan penyelidikan mengenai asal usul virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 di Wuhan, China. Ilmuwan WHO mengatakan kelelawar tetap menjadi hewan yang merupakan sumber utama munculnya wabah.
Selain itu, penularan virus melalui makanan beku adalah salah satu kemungkinan penyebaran. Namun ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Menurut kepala Tim WHO untuk investigasi asal usul COVID-19, Peter Ben Embarek, saat ini mereka telah menemukan informasi baru, namun tidak secara dramatis mengubah gambaran mengenai wabah.
Virus corona jenis baru pertama kali ditemukan pada akhir 2019, di mana wabah diduga dimulai di pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Di tempat itu, tak hanya makanan laut, namun ada hewan-hewan liar yang juga diperdagangkan dan dicurigai salah satunya menjadi sumber COVID-19.
“Jalur yang mungkin dari spesies hewan asli apa pun hingga ke pasar Huanan bisa memakan waktu yang sangat lama dan berbelit-belit yang melibatkan juga pergerakan lintas batas," ujar Embarek, dilansir Asia One, Rabu (10/2).
Embarek mengatakan pekerjaan untuk mengidentifikasi asal usul menunjukkan reservoir alami kelelawar, tetapi kecil kemungkinannya berada di Wuhan. Penyelidik juga mencari sampel darah dari warga China yang dapat mengindikasikan virus itu beredar lebih awal dari yang diperkirakan.
Dalam upaya memahami awal wabah merebak pada Desember 2019, Embarek mengatakan tim WHO melakukan pencarian yang sangat rinci. Termasuk dalam mencari kasus lain yang mungkin terlewat, kasus-kasus sebelumnya pada 2019.
"Dan kesimpulannya kami tidak menemukan bukti wabah besar yang bisa terkait dengan kasus COVID19 sebelum Desember 2019 di Wuhan atau di tempat lain,” jelas Embarek.
Embarek menegaskan bahwa virus corona jenis baru bukan berasal dari kebocoran di laboratorium di Wuhan, yang selama ini menjadi salah satu dugaan namun diyakini sebagai teori konspirasi. Ia mengatakan argumen itu tidak mungkin dan tak membutuhkan studi lebih lanjut.
REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN — Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tengah melakukan penyelidikan mengenai asal usul virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 di Wuhan, China. Ilmuwan WHO mengatakan kelelawar tetap menjadi hewan yang merupakan sumber utama munculnya wabah.
Selain itu, penularan virus melalui makanan beku adalah salah satu kemungkinan penyebaran. Namun ini masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Menurut kepala Tim WHO untuk investigasi asal usul COVID-19, Peter Ben Embarek, saat ini mereka telah menemukan informasi baru, namun tidak secara dramatis mengubah gambaran mengenai wabah.
Virus corona jenis baru pertama kali ditemukan pada akhir 2019, di mana wabah diduga dimulai di pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Di tempat itu, tak hanya makanan laut, namun ada hewan-hewan liar yang juga diperdagangkan dan dicurigai salah satunya menjadi sumber COVID-19.
“Jalur yang mungkin dari spesies hewan asli apa pun hingga ke pasar Huanan bisa memakan waktu yang sangat lama dan berbelit-belit yang melibatkan juga pergerakan lintas batas," ujar Embarek, dilansir Asia One, Rabu (10/2).
Embarek mengatakan pekerjaan untuk mengidentifikasi asal usul menunjukkan reservoir alami kelelawar, tetapi kecil kemungkinannya berada di Wuhan. Penyelidik juga mencari sampel darah dari warga China yang dapat mengindikasikan virus itu beredar lebih awal dari yang diperkirakan.
Dalam upaya memahami awal wabah merebak pada Desember 2019, Embarek mengatakan tim WHO melakukan pencarian yang sangat rinci. Termasuk dalam mencari kasus lain yang mungkin terlewat, kasus-kasus sebelumnya pada 2019.
"Dan kesimpulannya kami tidak menemukan bukti wabah besar yang bisa terkait dengan kasus COVID19 sebelum Desember 2019 di Wuhan atau di tempat lain,” jelas Embarek.
Embarek menegaskan bahwa virus corona jenis baru bukan berasal dari kebocoran di laboratorium di Wuhan, yang selama ini menjadi salah satu dugaan namun diyakini sebagai teori konspirasi. Ia mengatakan argumen itu tidak mungkin dan tak membutuhkan studi lebih lanjut.