REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur
Salah satu ibadah wajib bagi umat Islam adalah sholat. Rukun Islam kedua itu diwahyukan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW pada 27 Rajab. Tepatnya melalui perjalanan yang disebut Isra Mi'raj.
Dalam tarikh Islam, disampaikan Rasulullah melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Jarak dua tempat itu mencapai sekitar 1.500 kilometer. Selanjutnya dari Masjidil Aqsa, Rasulullah mengendarai Buraq menuju Sidratul Muntaha. Yakni tempat yang bisa disebut dengan langit atau surga ketujuh.
Rasulullah melaksanakan perjalanan itu hanya satu malam. Di luar nalar manusia. Kala itu, transportasi masih menggunakan hewan unta, keledai, atau kuda. Kecepatannya terbatas. Wajar jika ada beberapa orang yang meragukan perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Dari sekian banyak Sahabat, Abu Bakar adalah orang pertama yang membenarkan perjalanan itu. Dan di kemudian hari, Abu Bakar mendapat julukan Ash Siddiq yang artinya membenarkan. Banyak hal yang bisa diambil hikmahnya dari perjalanan singkat Rasulullah SAW. Yang utama tentu sholat 5 waktu.
Rasulullah menerima wahyu tersebut saat menghadap Allah. Sebagian besar umat Islam sudah paham bahwa wahyu yang diberikan Allah semula adalah sholat 50 waktu. Rasulullah menerima wahyu tersebut. Namun saat perjalanan turun dari langit ke tujuh, Rasulullah bertemu Nabi Musa AS.
Beliau pun menceritakan wahyu itu kepada Nabi Musa. Seketika itu, Nabi Musa memberi masukan kepada Nabi Muhammad untuk minta keringanan kepada Allah. Alasannnya, sholat 50 kali bisa memberatkan umat Nabi Muhammad.
Permintaan keringanan itu dilakukan beberapa kali, sehingga wahyu sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali. Yakni Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Total rokaat untuk sholat 5 waktu itu mencapai 17 rakaat. Wahyu tersebut dibawa kembali ke dunia untuk diteruskan ke umat.