Rabu 17 Mar 2021 13:35 WIB

Yudi Latif: PJP tak Boleh Lupakan Dasar Nilai dan Etis

Tanpa humanisasi, nilai etis ini manusia tetap tidak pernah beranjak dari simpanse.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Agus Yulianto
Yudi Latif
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Yudi Latif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendikiawan Muslim, Yudi Latif mengatakan, peta jalan pendidikan tidak boleh melupakan dasar-dasar nilai dan etis. Di tengah teknologi yang berkembang begitu pesat, pendidikan tidak boleh melupakan nilai-nilai humanisasi yang ada pada manusia.

"Tanpa humanisasi, nilai etis ini manusia tetap tidak pernah beranjak dari simpanse," kata Yudi, dalam Webinar Nasional Cides ICMI Peta Jalan Pendidikan, Selasa (16/3) malam.

Dia menjelaskan, di tengah era revolusi industri apapun, proses humanisasi adalah hal yang tidak boleh dilupakan dalam pendidikan. Proses humanisasi bisa dilakukan melalui penguatan kepercayaan dan pendidikan nilai seperti karakter, spiritualitas, dan budi pekerti.

Menurutnya, teknologi tidak bisa bertahan hidup jika tidak dikaitkan dengan lingkungan sosial budaya. "Yang harus kita ajarkan pada peserta didik tidak hanya kapabilitas, teknologi, dan lain-lain. Tapi bagaimana //functioning//. Kalau //functioning// kita harus lihat konteks sosio kulturalnya, konteks budaya, dan lain-lain," kata dia lagi.

Selain itu, penting untuk melihat keberadaan teknologi secara menyeluruh. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang sangat berlapis masyarakatnya. Di satu daerah, teknologi sudah begitu maju dan modern, namun masih ada masyarakat yang hidup berpindah dan berburu.

Yudi beranggapan, di dalam peta jalan pendidikan perlu melihat teknologi secara lebih luas, bukan hanya revolusi industri terbaru. Peta jalan pendidikan perlu memiliki imajinasi, bukan hanya tantangan teknologi masa depan namun juga teknologi yang masih ada di Indonesia hingga saat ini.

Lebih lanjut, di dalam peta jalan pendidikan juga perlu memikirkan persebaran guru. Menurutnya, persebaran guru di Indonesia saat ini masih salah dan tidak tepat dengan kondisi yang ada. Guru sebagian besar berada di Jawa, sementara daerah-daerah lain banyak yang kekurangan guru.

Berkaca dari Finlandia dan Jepang, wilayah dengan teknologi yang lebih maju dan siswa yang relatif lebih mampu membutuhkan lebih sedikit guru. Artinya, guru yang lebih banyak harus ditempatkan di kawasan yang lebih sulit teknologi.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum ICMI Herry Suhardiyanto mengatakan, sejak Indonesia dibentuk setelah masa penjajahan usai, banyak frasa yang selalu dipakai dan dijadikan pedoman hingga saat ini. Beberapa frasa tersebut adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan kata kunci yang sangat jelas yaitu mengacu pada Pancasila.

Herry mengatakan, dalam peraturan-peraturan turunan yang akan dibuat nantinya, hendaknya mewarnai semua aktivitas dengan dasar-dasar tersebut. "Mewujudkan ini satu hal yang harus nyata betul, apakah itu efektif lalu impactful," kata Herry.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement