REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenama produk kecantikan dan perawatan kulit lokal semakin dikenal dan diincar oleh konsumen Indonesia. Kualitas produk-produk lokal kini bisa disandingkan dengan jenama-jenama besar mancanegara yang lebih dulu dikenal.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan I 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang meliputi sektor kosmetik tumbuh hingga 5,59 persen. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, sektor kosmetik tumbuh signifikan pada 2020, terlihat dari kinerja pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, di mana kosmetik termasuk di dalamnya, tumbuh 9,39 persen.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, mengatakan sektor kosmetik berkontribusi 1,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk itu, kata dia, pemerintah akan terus membantu pelaku industri kecil dan menengah di sektor kosmetik agar tetap produktif demi membawa manfaat positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain itu, pemengaruh kecantikan Affi Assegaf menyebut kini setiap pegiat usaha produk kecantikan lokal berlomba menawarkan produk berkualitas yang tidak kalah saing dengan produk asing. "Akhir 2020 sampai 2021, brand lokal, baik skin care atau make up perkembangannya luar biasa," kata Affi dalam bincang-bincang daring, Rabu (17/3).
Dia mengatakan ada semakin banyak jenama baru yang bermunculan, atau jenama yang usianya baru seumur jagung, tapi banyak digemari pencinta produk kecantikan karena hasilnya memuaskan. "Ini menggembirakan banget," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini banyak produk kecantikan buatan anak bangsa yang tidak lagi dianggap sebelah mata. Tidak sedikit mereka yang punya preferensi brand-brand lokal ketimbang merek yang sudah tenar dari luar negeri.
"Kalau ada tren kecantikan di luar negeri, orang mencari produk seperti itu di brand lokal," ujar Affi.
AVP of Category Development for FMCG & Long Tail Categories Tokopedia, Jessica Stpehanie Jap, mengatakan di platform niaga elektronik, produk kecantikan lokal punya strategi berbeda dalam merengkuh hati konsumen. Menurut dia, jenama yang sudah populer secara global biasanya punya strategi pemasaran yang menyasar konsumen secara masif. "Semakin lama perkembangan brand beauty lokal lebih pesat dari yang sudah established, yang sebagian besar jenama asing.
"(Brand lokal) Lebih kreatif untuk masyarakat luas yang keinginannya berbeda-beda," jelas Jessica.
Menonjolkan keunikan adalah salah satu strategi yang dilancarkan oleh jenama Maska Indonesia yang didirikan pada 2019 oleh Raditya Banyu dan Almas Hudiya. Komunikasi yang hangat dengan konsumen merupakan cara mereka dalam berkomunikasi di tengah pandemi.
Perbincangan mereka dengan para pengikut di media sosial tidak melulu soal mempromosikan produk-produk, tapi berusaha menjadi kawan dekat dengan mengangkat hal-hal relevan."Kami enggak bisa terus-terusan ngomongin produk, kami bisa nanya kabar mereka, nanya drama Korea apa yang lagi ditonton. Bagaimana caranya agar kami bisa sensitif dengan kondisi market saat ini," ujar Almas.
Hal yang sama dilakukan oleh jenama Gentle Hour yang didirikan oleh Jeldine Madjukie, Joyce Arta, dan Revata Pingkan pada Agustus 2020. Konten-konten menarik yang dihadirkan melalui media digital adalah cara mereka berkenalan dengan konsumen.
Konten yang dimaksud bukan soal iklan produk, tapi video di Instagram maupun siniar (podcast) yang relevan dengan kehidupan di rumah saja. Pingkan mengatakan, mereka mengundang narasumber dari berbagai bidang untuk berbagi informasi bermanfaat yang bisa diterapkan di rumah.
"Ada yang bilang pas pandemi harus unlock skill baru, jadi kami berusaha memberikan edukasi kepada pengikut Gentle Hour," ujar Joyce.