Rabu 31 Mar 2021 18:27 WIB

Tindakan Keras Orang Tua Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

Praktik pengasuhan yang keras menyebabkan perubahan fungsi dan struktur otak anak

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Gita Amanda
Studi mengungkapkan orang tua yang marah dengan meneriaki anaknya dapat menyebabkan masalah perkembangan otak, serta masalah emosional selama masa remaja. (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Studi mengungkapkan orang tua yang marah dengan meneriaki anaknya dapat menyebabkan masalah perkembangan otak, serta masalah emosional selama masa remaja. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengungkapkan, orang tua yang marah dengan meneriaki anaknya dapat menyebabkan masalah perkembangan otak, serta masalah emosional selama masa remaja. Sehingga dalam hal ini orang tua tidak boleh berperilaku kasar secara verbal maupun nonverbal.

"Implikasinya melampaui perubahan di otak. Saya pikir yang penting adalah bagi orang tua dan masyarakat memahami kalau praktik pengasuhan yang sering dilakukan dapat membahayakan perkembangan anak. Kami berbicara tentang perkembangan sosial dan emosional mereka serta perkembangan otak mereka," kata Peneliti dari Universitas Montreal, Kanada, Sabrina Suffren, dikutip dari uk.news.yahoo.com, Rabu (31/3).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan hal ini bisa menyasar ke daerah otak yang sama lebih kecil pada remaja yang berulang kali menjadi sasaran pengasuhan yang keras di masa hidupnya meskipun anak-anak tersebut tidak mengalami tindakan kekerasan yang lebih serius. Penelitian ini didasarkan pada analisis sekelompok anak yang dipantau karena terpapar pola asuh yang kasar dan kemudian dipindai MRI saat remaja.

"Temuan ini penting dan baru. Ini pertama kalinya praktik pengasuhan yang keras dikaitkan dengan penurunan ukuran struktur otak serupa dengan apa yang kami lihat pada korban tindakan kekerasan serius," kata dia.

Ia menambahkan, sebuah studi tahun 2019 menunjukkan kalau praktik pengasuhan yang keras dapat menyebabkan perubahan fungsi otak di antara anak-anak tetapi sekarang hal itu juga memengaruhi struktur otak anak-anak

Sebagai bagian dari pemantauan ini, praktik pengasuhan dan tingkat kecemasan anak diperiksa setiap tahun saat anak-anak berusia antara dua dan sampai sembilan tahun. Para peneliti menggunakan data tersebut untuk membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok berdasarkan paparan mereka terhadap praktik pengasuhan yang keras seperti berteriak.

"Perlu diingat, anak-anak ini terus-menerus menjadi sasaran praktik pengasuhan yang keras antara usia dua sampai sembilan tahun. Ini berarti perbedaan dalam otak mereka terkait dengan paparan berulang terhadap praktik pengasuhan yang keras selama masa kanak-kanak," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement