REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejak masa kampanye, Joe Biden memang telah memberikan perhatian untuk mobil listrik. Kini, dalam masa awal pemerintahanya, rencana itu pun ditunjang dengan alokasi dana yang sangat besar demi menghadirkan electric vehicle (EV) secara masif.
Dilansir dari Car and Driver pada Senin (12/4), Amerika Serikat (AS) telah menyiapkan anggaran pembangunan infrastruktur sebesar 2,3 triliun dolar AS. Sebagian dari anggaran itu pun dialokasikan khusus untuk pengembangan EV di AS.
Dari anggaran itu, anggaran yang digunakan untuk pengembangan EV adalah sebesar 174 miliar dolar AS atau Rp 2,53 triliun. Anggaran itu rencananya akan digunakan untuk kegiatan kampanye EV, pembangunan charging station dan sejumlah keperluan laninya.
Lewat anggaran itu, masyarakat juga akan semakin dimanjakan dengan insentif dalam pembelian EV. Selanjutnya, dengan adanya stasiun pengisian ulang baterai yang semakin banyak, maka penggunaan EV pun dapat kian fleksibel.
Dengan anggaran ini, AS menargetkan untuk dapat menghadirkan 500 ribu charging station hingga 2030. Tentu, proyek ini dilakukan secara bertahap seseuai dengan potensi dari masing-masing daerah.
Tapi, hingga saat ini AS belum menetapkan kapan AS akan melakukan pelarangan penjualan mobil konvensional. Hal ini terbilang unik karena beberapa negara lain telah menegaskan komitmen itu.
Bahkan, Inggris telah resmi mempercepat pelarangan tersebut. Awalnya, Inggris telah menetapkan pelarangan penjualan mobil baru dengan mesin internal combustion engine (ICE) pada 2035. Kini, Inggris melakukan percepatan penerapan kebijakan tersebut.
Laporan Reuters Desember lalu, Inggris telah menyepakati bahwa pelarangan penjualan mobil baru dengan mesin bensin dan diesel mulai diterapkan pada 2030. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan, percepatan itu dilakukan sebagai bagian dari program green revolution.
Program ini pun menargetkan untuk dapat mencapai net zero emission pada 2050. "Saat ini adalah waktu yang tepat untuk merencanakan strategi dalam membuat negara ini lebih bersih, hijau dan indah," kata Boris Johnson.
Selanjutnya, selain melarang penjualan mobil dengan mesin konvensional, Inggris juga akan melarang penjualan mobil dengan mesin hybrid. Kebijakan itu sendiri akan diterapkan pada 2035 demi dapat mendorong penjualan mobil full listrik.