REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Programer lulusan Y Combinator tahun 2017 Hughes membangun Radix yang diklaim tidak menggunakan line code sedikit pun pada bitcoin dengan modal dana sebesar Rp 14,2 miliar.
Pada dasarnya, teknologi yang digunakan sistem seperti bitcoin, ethreum, EOS, IOTA, dan lainnya tetap menghadapi trilema blockchain serupa, yakni skalabilitas, keamanan, dan desentralisasi.
Perkembangan Radix jika dibandingkan dengan augmented reality atau artificial intelligence, serta hologram, tidaklah berarti. Pasalnya, klaim mengatakan komunitasnya meningkat 100 persen setiap bulan berdasar data web traffic.
“Radix adalah buku besar terdesentralisasi yang merupakan alternatif untuk blockchain berkemampuan menangani ratusan juta transaksi sekaligus,” kata dia seperti dikutip pada Rabu (19/5).
Bitcoin dan cryptocurrency menjadi kata yang paling banyak dicari dalam 90 hari terakhir menurut data dari Google Trend. Namun, fondasi hadirnya mata uang kripto, blockchain, lebih sedikit ditelusuri.
Kendati melihat tenarnya bitcoin dan mata uang kripto lainnya, hanya sebagian kecil developer yang melek terhadap perkembangan blockchain dalam beberapa dekade ke depan.
Saat ini, Radix telah bergabung dengan sebuah organisasi nirlaba, yaitu GoodFi. Organisasi ini juga diisi oleh jajaran eksekutif di ranah blockchain, seperti Chainlink, Aave, Sushiswap, Avalanche, dan mStable.
Decentralized Finance atau DeFi adalah topik utama pada perkumpulan anggota organisasi tersebut yang diadakan setiap bulannya.
Mengacu laporan DefiPulse tahun 2020, total value locked (TVL) di sektor DeFi mencapai 79,86 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 1.139 triliun. Dengan asumsi demikian, mereka yakin bahwa pergerakan DeFi akan meningkat pada 2025 dengan target 100 juta pengguna di seluruh dunia.
Vice President of Marketing Ava Labs, Jay Kurahashi-Sofue, mengatakan sistem distribusi yang terbuka memungkinkan kecepatan dan inovasi yang luar biasa.
“Yang hilang adalah grup yang tidak bias yang berusaha menciptakan nilai bersama untuk semua pembangun dan pengguna,” kata pria yang juga menjabat dewan penasihat GoodFi.
Sementara itu, Kepada Strategi Radix DL, Adam Simmons, mengatakan, DeFi adalah adab baru dalam lingkup blockchain dan aset kripto.
“Dengan jumlah pengguna saat ini semakin bertambah, rencana 100 juta pengguna pada 2025, perlu kerja sama yang aktif dengan perusahaan lain di sektor serupa,” ujarnya.
Bahkan, melihat kemampuan dan perkembangan Radix, peneliti blockchain ternama, Willy Woo, mengapresiasi melalui cicitan dalam akun Twitter pribadinya pada 2018 silam.
“Melihat Radix, sama seperti melihat pertama kali iPhone terlahir ke dunia. Akankah dunia blockchain semakin canggih dan lebih baik pada era mendatang? kita tunggu saja,” tulisnya.