Kamis 20 May 2021 09:43 WIB

Kelompok Hacker Malaysia Klaim Sudah Retas 5.000 CCTV Israel

Para hacker mengeklaim sudah meretas berbagai jaringan CCTV di Israel.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
DragonForce Malaysia meretas berbagai jaringan CCTV Israel, termasuk tempat tinggal para warga di negara itu, hingga lembaga pemerintah.
Foto: Flickr
DragonForce Malaysia meretas berbagai jaringan CCTV Israel, termasuk tempat tinggal para warga di negara itu, hingga lembaga pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- DragonForce Malaysia meretas berbagai jaringan CCTV Israel, termasuk tempat tinggal para warga di negara itu, hingga lembaga pemerintah. Dengan menggunakan akun jejaring sosial Facebook, DragonForce memperlihatkan apa yang tampak sebagai Bagian dalam ruangan rumah para penduduk Israel. 

Tak ketinggalan, kelompok yang mendeskripsikan diri sebagai formasi perang dan pertempuran rakyat Malaysia ini juga menuliskan pesan. 

Baca Juga

“Halo, Israhell. Lebih dari 5.000 CCTV telah diretas, termasuk milik gendung-gedung pemerintah dan dinas paling rahasia. Kami lebih dekat dari yang Anda pikirkan. Gambar membahayakan CCTV dan SCADA,” tulis DragonForce Malaysia dalam unggahan di Facebook, seperti dilansir World of Buzz, Kamis (20/5). 

DragonForce melakukan partisan di bawah OpsBedil atau dapat diartikan sebagai Operasi Senapan, seiring berlanjutnya situasi ketegangan antara Israel dan Palestina. 

Peretasan dilakukan sebagai tindakan menentang kekejaman Israel terhadap Palestina, secara khusus dalam konflik yang meningkat beberapa pekan terakhir. Hal ini membuat Malaysia menjadi salah satu negara yang ditargetkan. 

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah mendapat ‘lampu hijau’ untuk menyasar pihak-pihak yang dianggap sebagai sekutu Hamas, faksi politik Palestina di Jalur Gaza. Sebelumnya, selain Malaysia, negara yang dikatakan menjadi target adalah Turki, Qatar, dan Iran. 

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Malaysia menanggapi ancaman Israel dengan meminta seluruh masyarakat tetap tenang, dengan situasi dalam neleri yang hingga saat ini masih terkendali.

Pecahnya kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina, dimulai di Yerusalem Timur pada bulan lalu. Saat itu, warga Palestina bentrok dengan polisi Israel sebagai tanggapan atas ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi.

Situasi semakin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, yang merupakan situs suci ketiga bagi umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.

Hamas kemudian meluncurkan roket ke Israel sebagai langkah balasan. Israel kemudian meluncurkan serangan udara ke Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

Di Jalur Gaza, setidaknya lebih dari 200 orang meninggal sejak awal pertempuran berlangsung. Korban termasuk 63 anak-anak dan 36 perempuan. Sementara, lebih dari 1.500 warga Palestina.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement