Selasa 25 May 2021 07:07 WIB

Ahlan Wa Sahlan AC Milan

Mencintai Milan bukan soal hitungan matematika, tapi memakai matehatika.

Para pemain AC Milan.
Foto: EPA/ALESSANDRO DI MARCO
Para pemain AC Milan.

Oleh : Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Ahlan wa sahlan AC Milan. Selamat datang (kembali) ke kompetisi kasta tertinggi di Eropa, Liga Champions. Kemenangan dua gol tanpa balas atas Atalanta pada laga pamungkas membuat Milan mendapatkan tambahan tiga poin dan mengantarkan I Rossoneri finis sebagai runner-up Liga Italia Serie A musim 2020/2021 di bawah sang juara, Inter Milan.

Meski finis sebagai runner-up, sejatinya Milan lolos dari lubang jarum. Sebab, kepastian tiket Liga Champions baru didapat pada akhir musim, setelah sang adik, Inter, memastikan gelar scudetto pada pekan ke-34. Padahal, Milan sempat tak tersentuh di puncak klasemen selama paruh musim. Namun, inkonsistensi membuat Milan sempat terjerembap ke posisi lima alias keluar dari zona Liga Champions.

Hasil ini bisa dibilang di luar ekspektasi para Milanisti. Bayangkan saja, Milan di atas kertas yang seharusnya bisa bisa menang dari Cagliari pada pekan ke-37 malah membuang kesempatan mengunci tiket Liga Champions sekaligus membuat Juventus berpeluang bermain di Liga Eropa.

Harapan itu membubung tinggi setelah pada pekan sebelumnya Milan tampil ganas dengan membumihanguskan Stadion Olimpiade Torino, markas saudara sekota Juventus, Torino, dengan skor meyakinkan, 7-0. Milan pun divonis sudah game over karena secara matematika bakal kesulitan menang dari Atalanta di pekan terakhir. Di atas kertas, Milan kalah jika melihat statistik beberapa pertandingan terakhir. Namun, di atas rumput semua bisa berubah.

Sepak bola bukan matematika. Bagi Milanisti, sepak bola adalah matehatika, yang bermakna mencintai Milan bukan sekadar hitung-hitungan angka, tetapi hitungan hati. Lolos atau tidak Milan ke Liga Champions, Milanisti akan tetap menjadi Milanisti. Fan Milan yang menghujat dipastikan hanya kecewa, tetapi tidak membenci.

Seperti dunia tahu, Milan lolos ke Liga Champions setelah absen selama tujuh tahun. Klub yang memiliki DNA Champions ini kembali ke habitatnya, bermain dengan klub-klub ganas Eropa. Milan divonis sudah game over dan dinilai tidak layak bermain di Liga Champions. Namun, takdir berkata lain. Milan ternyata mampu menuntaskan misi pada awal musim, finis di empat besar, meski peluang juara terlepas.

Milan kini akan mewakili Italia bersama Inter, Atalanta, dan Juventus bermain di Liga Champions musim depan. Sayangnya, Milan bisa jadi hanya menjadi bulan-bulanan jika tidak segera berbenah. Catat alasannya. Milan kemungkinan akan kehilangan sejumlah gladiatornya yang bermain luar biasa pada musim ini.

Sebut saja Mario Mandzukic yang kemungkinan dilepas bebas transfer karena minim kontribusi, kiper Antonio Donnarumma, atau Samu Castillejo. Belum lagi tiga pemain pinjaman, yakni Braim Diaz, Diogo Dalot, dan Soualiho Meite. Dalot kembali ke MU, Meite balik ke Torino, Diaz yang bermain luar biasa kemungkinan ditarik kembali oleh Real Madrid. Satu lagi pemain pinjaman yang bermain ciamik musim ini, Fikayo Tomori. Milan wajib mempermanenkannya dari Chelsea jika lini belakangnya ingin tetap kokoh seperti sekarang.

photo
Playmaker AC Milan, Hakan Calhanoglu. - (EPA-EFE/MATTEO BAZZI)

 

Dan, tentu saja dua pemain yang paling menyita pemberitaan dan emosi para Milanisti, Gianluigi Donnarumma dan Hakan Calhanoglu. Kedua pemain yang kontraknya habis pada 30 Juni mendatang santer bakal angkat kaki dari San Siro secara gratis. Alasannya, perpanjangan kontrak keduanya belum menemui titik temu. Alasannya, apalagi kalau bukan soal gaji yang diminta terlampau tinggi.

Hakan meminta gaji 6 juta euro per musim. Sebelumnya, playmaker berdarah Turki itu bergaji 2,5 juta euro. Milan yang hanya mau menaikkan gajinya menjadi 4 juta euro disebut akan kehilangan Hakan disebut akan berganti jersey usai mendapatkan penawaran gaji 8 juta euro dari klub Qatar. Kemungkinan besar Hakan akan pergi.

photo
Kiper AC Milan Gianluigi Donnarumma. - (EPA-EFE/MATTEO BAZZI)

 

Sementara, Donnarumma lebih gila lagi. Ya memang, peran Donnarumma amat sangat vital di bawah mistar. Dia nyaris tak tersentuh, kecuali saat cedera atau diistirahatkan untuk laga penting. Agennya, Mino Raiola, meminta kompensasi 20 juta euro jika ingin Donnarumma bertahan disertai permintaan gaji 10 juta euro. Gaji yang amat sangat tinggi untuk ukuran pemain yang belum baru memberikan satu gelar, Super Coppa Italia.

Donnarumma sejatinya adalah produk asli akademi Milan. Saat usianya masih 16 tahun, ia dipromosikan Sinisa Mihajlovic yang pernah menukangi Milan. Kariernya melesat berkat penampilannya yang hebat. Namun, kecintaan Donnarumma kepada Milan dipertanyakan. Alasannya, apalagi jika bukan permintaannya yang selangit setiap mau memperpanjang kontrak.

Sang agen menawarkan Donnarumma ke sejumlah klub Eropa. Banyak yang tertarik, apalagi dengan status gratis dan kualitas yang luar biasa, kiper 22 tahun itu bisa menjadi aset klub pada masa depan. Juventus adalah satu dari sederet klub Eropa yang mengincar jasa Donnarumma. Namun, jika Donnarumma jadi pindah ke Juventus (apalagi karena tawaran gaji 10 juta euro per musim), itu akan menjadi pengkhianatan terbesar sepanjang sejarah Serie A.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement