REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alumni IPB University, Dihqon Naadamist, serap lapangan kerja melalui jasa kebersihan yang berbasis 'sociotechnopreneurship' atau Cleansheet dengan memberdayakan mahasiswa dan anak-anak yang putus sekolah.
"Peran IPB University sangat besar. Dari IPB University saya belajar segala hal. Saya mulai mengenal orang hingga teknik negosiasi," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (21/6).
Berawal dari melihat fakta mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi yang kesulitan mencari penghasilan tambahan di tengah rutinitas sehari-hari, Dihqon Naadamist memelopori Cleansheet yang kini menjelma menjadi perusahaan PT Cita Indonesia Bersih. Pria asal Pekalongan ini menceritakan bahwa dulu sebelum kuliah, ia merupakan anak pendiam.
Hal ini berubah seiring perjalanannya menjadi mahasiswa di IPB University. Ketika ikut dalam program organisasi terbentuklah prinsip serta karakter kepemimpinan. Saat ini, Cleansheet telah memiliki lima cabang yang tersebar di daerah Jabodetabek.
"Alhamdulillah, ke depan Cleansheet akan terus berkembang dan akan terus menyebar di seluruh perkotaan Indonesia," katanya.
Dihqon mengatakan tim Cleansheet memiliki target untuk menyekolahkan dan menguliahkan 1.000 anak kurang mampu di Indonesia dalam lima tahun ke depan. Peraih penghargaan Santripreneur Award 2020 ini bercita-cita menyekolahkan 1.000 anak kurang mampu seiring dengan prinsip yang ia pegang bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Dihqon ingin membanggakan orang tuanya, meskipun orang tuanya hanya lulusan sekolah paket tapi anak-anaknya bisa bersekolah lebih tinggi lagi. Baginya, pendidikan bisa mengubah pola pikir, kepribadian, dan tentunya dapat mengubah masa depan.
Kini, Dihqon melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pascasarjana IPB University, Jurusan Ilmu Ekonomi di usianya yang ke 23. Dalam perjalanan perjuangannya, banyak pihak yang telah mendukung. Yaitu orang tua, sahabat, teman-teman, guru-guru/dosen dan juga mentor.
"Paling utama adalah doa dari orang tua dan anak-anak yang kita bantu. Itu merupakan kekuatan yang paling luar biasa. Ketika saya lelah dan mau menyerah, saya selalu ingat, kalau saya menyerah sekarang, nanti nasib mereka bagaimana? dan lain sebagainya. Dan akhirnya saya ingat lagi, mengapa saya mendirikan Cleansheet, dan akhirnya bangkit lagi," katanya.
Dalam hidupnya, Dihqon memiliki motto "hidup efisien dan bermanfaat bagi banyak orang". Alasan ingin membantu sesama inilah yang membuatnya tetap bertahan di Cleansheet walaupun tantangan dan masalah datang silih berganti. Ia jadikan semua itu sebagai pembelajaran sehingga Cleansheet dapat berkembang sampai saat ini.