Senin 02 Aug 2021 05:55 WIB

Semua Sayang Daddies

Tak ada hujatan saat Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan gagal meraih medali di Olimpiade.

Pebulutangkis Indonesia Mohammad Ahsan (kiri) dan Hendra Setiawan.
Foto: AP/Dita Alangkara
Pebulutangkis Indonesia Mohammad Ahsan (kiri) dan Hendra Setiawan.

Oleh: Fitriyanto, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Menang dipuji, kalah dicaci sepertinya sudah menjadi tradisi kurang baik di Indonesia. Banyak atlet Indonesia ketika meraih prestasi mendapat puja-puji bahkan bonus berupa materi. Sebaliknya jika kalah, caci maki menanti.

Baca Juga

Era media sosial seperti saat ini, di mana semua orang bisa mengeluarkan komentar seenak jidatnya, menambah tekanan tersendiri bagi para atlet. Apalagi netizen Indonesia memang dikenal ganas dalam melancarkan serangan terhadap sesuatu yang mengecewakan atau memantik amarah mereka.

Atlet bulu tangkis salah satu yang sering mendapatkan serangan dari netizen Indonesia di jagat maya. Maklum, cabang olahraga ini memiliki penggemar yang sangat besar dan begitu fanatik. Jika atlet kalah, terutama saat dinilai kurang maksinal, tak pandang bulu apakah mereka sebelumnya pernah mengharumkan nama bangsa, bully dan hujatan menanti. Jika sedikit beruntung, mereka hanya mendapatkan kritikan pedas.

Lihat saja saat ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti kandas di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020, langsung saja caci maki berseliweran jagat maya. Padahal atlet yang mereka hujat itu, sebelumnya pernah berprestasi mengharumkan nama bangsa dan pastinya pernah dipuja-puji. Apa daya, performa di bawah ekspektasi membuat Praveen/Melati harus menerima komentar-komentar pahit.

Nasib serupa dialami Jonathan Christie, tunggal putra Indonesia yang kandas di babak 16 besar, dan pasangan nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Perjuangan kerasnya di atas lapangan menghadapi lawan di Olimpiade Tokyo dikritik para netizen kurang maksimal. Padahal, mana ada atlet yang mau kalah.

Anomali terjadi terhadap pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Pasangan yang mendapat julukan The Daddies ini mendapat perlakuan bereda dari netizen ketika mereka gagal menang. Saya tidak menemukan kritik, apalagi hujatan, yang ditujukan kepada pasangan yang tumbang di babak semifinal dan kemudian gagal meraih medali perunggu ini.

Keduanya tetap mendapatkan respek, dukungan dari para penggemar bulu tangkis di seluruh dunia, bukan hanya Indonesia. Semua kompak memberikan penghormatan, Walaupun pasangan ini gagal meraih medali setelah di perebutan perunggu akhir pekan lalu kalah dari pasangan Malaysia, yang nota bene musuh bebuyutan Indonesia di lapangan olahraga.

Coba intip akun media sosial Instagram milik mereka berdua, @hendrasansan (Hendra Setiawan) dan @king.chayra (Mohammad Ahsan). Komentar yang kita temukan dalam dua akun tersebut hanya pujian dan ucapan terima kasih. Tertulis juga untaian doa dan kata-kata motivasi memberikan semangat agar dua pemain senior ini tak pensiun dulu, melainkan terus mengayunkan raket berjuang membela nama bangsa.

Selain dari penggemar bulu tangkis, Daddies juga mendapatkan penghormatan luar biasa dari pemain bulu tangkis yang jadi pesaingnya di ajang Olimpiade lalu. Kita bisa melihat bagaimana pasangan Taiwan Lee Yang/Wang Chi-lin menaruh respek besar terhadap Ahsan/Hendra. Sepanjang pertandingan di babak semifinal, tak hentinya gesture meminta maaf datang dari keduanya.

Selepas mengalahkan Daddies, Lee dan Wang, juga langsung memeluk keduanya seperti layaknya adik yang menghormati kakak. Entah apa yang mereka ucapkan. Namun video yang viral setelah laga semifinal itu menegaskan status Daddies di mata insan bulu tangkis dunia. Lee dan Wang sekali lagi terlihat menunjukkan gesture penuh hormat diakhiri dengan mencium tangan Ahsan dan Hendra. Setelahnya, Lee dan Wang mengaku Daddies adalah idola mereka di bulu tangkis. Lee/Wang akhirnya merebut emas ganda putra Olimpiade 2020.

Perlakuan mirip didapatkan dari ganda Malaysia Aaron Chia/Sih Wooi Yik usai mengalahkan Daddies tiga gim 17-21, 21-17, 21-14 pada perebutan medali perunggu Sabtu (31/1). Pasca laga, lagi-lagi kita disuguhkan sikap penghormatan terhadap pasangan yang sudah layak mendapatkan predikat legenda bulu tangkis Indonesia ini. Seusai laga, Sih menyempatkan foto bersama Ahsan/Hendra dan mengunggahnya di media sosial. Ternyata sama, Sih mengidolakan Daddies.

Wajar saja karena Daddies bergelimang prestasi. Hampir seluruh gelar bergengsi dunia sudah diraih Hendra/Ahsan bersama-sama, kecuali Olimpiade. Namun Hendra pernah merasakan juara ketika berpasangan dengan almarhum Markis Kido di Olimpiade Beijing 2008 silam. Bisa dipahami betapa banyak pebulu tangkis dunia mengidolakan Daddies, terutama Hendra. Hendra bisa bertahan di level atas selama sekitar 15 tahun berkarier di level senior bulu tangkis dunia. 

Selain prestasi mentereng, rasa hormat dan respek pastinya berkaitan juga dengan sikap yang ditunjukkan oleh atlet itu sendiri selama ini. Bagaimana mereka menghargai orang lain, baik itu sesama pemain, petugas pertandingan, penggemar, bahkan jurnalis yang biasa meliput turnamen bulu tangkis.

Saat dalam kondisi yang tidak mengenakkan sekalipun, usai menelan kekalahan, Daddies selalu menunjukkan sikap positif. Saat sebagian pebulu tangkis uring-uringan setelah menelan kekalahan, Daddies tak kehilangan senyuman. Mereka mau melayani walau sekadar melambaikan tangan atau berswafoto dengan penggemar. Kepada jurnalis, Daddies tetap santun menjawab setiap pertanyaan yang terlontar kepada mereka.

Setelah perjuangan di Olimpiade hanya sampai empat besar dan pulang tanpa medali, Daddies tetap bisa berjalan dengan kepala tegak. Perjuangan maksimal sudah mereka tunjukkan, penampilan terbaik sudah mereka keluarkan. Namun takdir berkata lain.

Kita belum tahu sampai kapan mereka terus mengayun raket dan berada di level atas. Hendra sudah berusia 36 tahun, sementara Ahsan tiga tahun lebih muda. Melihat persaingan ketat di ganda putra dan hadirnya para pebulu tangkis muda potensial, rasanya tak akan lama lagi kita akan melihat Hendra/Ahsan, atau salah satu dari keduanya, gantung raket. 

Saya sudah membayangkan apa yang terjadi saat waktu itu tiba. Hanya akan ada ekspresi kesedihan dan untaian ucapan terima kasih dari berbagai penjuru dunia kepada mereka. Bukan hanya badminton lovers Indonesia yang mencintai Daddies, publik bulu tangkis dunia juga menaruh hormat kepada keduanya. Karena semua sayang Daddies.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement