Rabu 04 Aug 2021 12:05 WIB

Perawatan Pasien Covid-19 Bisa Picu Resistensi Antibiotik

Penggunaan antibiotik spektrum luas secara keliru jadi kesalahan besar dalam pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Perawatan pasien Covid-19 (ilustrasi). Dokter mengkhawatirkan penggunaan antibiotik sebagai substitusi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik.
Foto:

Pada 2013, Dewan Penelitian Medis India (ICMR) mendirikan Antimicrobial Resistance Surveillance & Research Network (AMRSN) yang mengompilasi data pada enam kelompok patogen terkait resistensi antimikroba. Setelah pengawasan ekstensif dilakukan secara nasional, Program Penatalaksanaan Antimikroba dimulai untuk memperbaiki penggunaan antibiotik di rumah sakit.

Hanya saja, situasinya memburuk di tengah pandemi Covid-19. Dua tahun terakhir, dokter mengaitkan peningkatan risiko resistensi antibiotik dengan penggunaan antibiotik kelas atas spektrum luas.

"Sejak pandemi Covid-19, pasien dalam kondisi serius juga mengembangkan infeksi sekunder oleh bakteri di mana antibiotik kelas atas kadang-kadang digunakan untuk waktu yang lama hingga mengarah ke terjadinya resistensi," ungkap Suranjit Chatterjee, konsultan senior penyakit dalam di Indraprastha Apollo Hospitals, Ibu Kota New Delhi.

Menurut Chatterjee, penggunaan antibiotik sebagai substitusi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit mungkin merupakan salah satu kesalahan terbesar selama pandemi ini. Ia mengingatkan bahwa bakteri dapat tumbuh dalam tubuh dan meningkatkan infeksi saat menjadi resisten antibiotik.

Dalam beberapa kasus, resistensi antibiotik membuat tidak mungkin untuk mengobati penyakit. Chatterjee mengatakan, pasien kemudian harus menjalani rawat inap yang berkepanjangan dan peningkatan biaya perawatan, selain membahayakan nyawanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement