Rabu 04 Aug 2021 12:05 WIB

Perawatan Pasien Covid-19 Bisa Picu Resistensi Antibiotik

Penggunaan antibiotik spektrum luas secara keliru jadi kesalahan besar dalam pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Perawatan pasien Covid-19 (ilustrasi). Dokter mengkhawatirkan penggunaan antibiotik sebagai substitusi upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dapat memicu terjadinya resistensi antibiotik.
Foto:

Bahaya self-medication

Sementara itu, Lakhe mengatakan, antibiotik yang tersedia gagal membunuh organisme resisten ini. Ada kelangkaan antibiotik baru yang menghilangkan ancaman tersebut, di mana sebagian merupakan masalah buatan manusia.

Faktanya, semua orang ikut bertanggung jawab dalam hal ini. Sebagai contoh, sering kali orang membeli obat yang dijual bebas di apotek, bahkan saat merasa hanya sedikit tidak enak badan. Praktik self-medication seperti inilah yang berkontribusi terhadap resistensi antibiotik.

Praveen Gupta, Direktur Neurologi Fortis Memorial Research Institute, Gurugram di India mengatakan, resistensi antibiotik adalah salah satu risiko dasar pengobatan. Karena itu, penting bagi seseorang untuk mengandalkan antibiotik hanya yang diresepkan oleh dokter.

"Antibiotik harus digunakan dengan bijaksana setelah mengidentifikasi penyebab sebenarnya dari infeksi Anda. Alih-alih antibiotik spektrum luas, dosis terarah dan bertarget harus digunakan untuk melawan patogen tertentu, dan ketika infeksi sembuh, antibiotik harus segera diturunkan atau dikurangi kadarnya untuk melindungi antibiotik," jelas Gupta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement