REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSSETS -- Penelitian terbaru menunjukkan, perubahan iklim, pencairan gletser dan hilangnya es laut mempercepat kepunahan penguin Kaisar. Studi yang dipimpin oleh Stephanie Jenouvrier, ilmuwan asosiasi dan ahli ekologi burung laut di Woods Hole Oceanographic Institution.
Studi ditulis bersama oleh tim ilmuwan internasional, pakar kebijakan, ahli ekologi, dan ilmuwan iklim, memberikan penelitian dan proyeksi kritis untuk US Fish and Wildlife Service (USFWS).
Menurut laporan tersebut, jika es laut terus menghilang dengan kecepatan yang diprediksi oleh model iklim di bawah tren dan kebijakan sistem energi saat ini, 3R akan sangat dirugikan. Hampir semua koloni, atau sekitar 98 persen penguin akan punah pada tahun 2100.
USFWS menyarankan agar penguin kaisar terdaftar sebagai hewan terancam punah di bawah Undang-Undang Spesies Terancam Punah berdasarkan penelitian mereka. Proposal itu diajukan minggu ini. Penelitian ini diterbitkan di Global Change Biology, dilansir di Nature World News, Kamis (5/8).
Peneliti Stephanie Jenouvrier menyatakan bahwa ilmuwan memiliki tanggung jawab untuk membuat orang sadar akan perlunya perubahan melalui fakta objektif.
"Kami membuat laporan ini untuk USFWS dengan bantuan tim khusus untuk memberikan lebih banyak penilaian tentang perkiraan masa depan dan membantu mempengaruhi kebijakan dan perlindungan untuk spesies," kata Jenouvrier.
Studi ini menggunakan model meta-populasi yang bergantung pada iklim yang mengintegrasikan konsekuensi dari peristiwa iklim ekstrem berdasarkan catatan satelit pengamatan koloni untuk meramalkan dinamika semua koloni penguin kaisar di bawah berbagai skenario emisi gas rumah kaca.
Menurut penelitian, kejadian ekstrem memengaruhi ketahanan, redundansi, dan representasi penguin kaisar (3R). Ketahanan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menanggung gangguan stokastik (atau acak), yang dapat dievaluasi berdasarkan ukuran populasi, laju pertumbuhan, dan keterhubungan populasi.
Kemampuan untuk bertahan dari kejadian bencana ditentukan oleh redundansi, yang mempertimbangkan kuantitas, distribusi, ketahanan, dan keterhubungan orang.
Representasi mengacu pada kapasitas spesies untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan dan terkait dengan menangkap keragaman geografis, genetik, dan siklus hidup di seluruh konteks ekologisnya.