Sabtu 14 Aug 2021 10:00 WIB

Mengunjungi Museum Jadi Cara Asyik Belajar Sejarah

Mengunjungi museum menjadi salah satu cara meningkatkan minat belajar anak muda.

Sejumlah pelajar mengunjungi Museum Sumpah Pemuda Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019).
Foto: Republika
Sejumlah pelajar mengunjungi Museum Sumpah Pemuda Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum menjadi salah satu tempat pembelajaran mendapatkan wawasan baru dan ilmu pengetahuan selain lewat buku. Sejarawan Candrian Attahiyyat berkata mengunjungi museum menjadi salah satu cara meningkatkan minat belajar anak muda.

Sejumlah museum di Indonesia menurut sejarawan berusia 63 tahun ini, memiliki kekhususan masing-masing, seperti museum teknologi, museum kapal, museum maritim, dan museum sejarah bangsa, sehingga guru bisa membawa anak muridnya mendapatkan pelajaran tertentu di museum-museum tersebut.

"Museum bisa memperbanyak informasi, bisa lewat ilustrasi, sehingga nanti pihak museum aktif menghubungi para guru untuk mempromosikan datang ke museum," kata Candrian ketika berbincang dengan Republika.co.id via sambungan telepon.

photo
Pengunjung berswafoto saat mengunjungi pameran Pamor Sang Pangeran di Museum Nasional, Jakarta. Pameran yang menampilkan warisan pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro. - (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Agar museum memiliki peran penting lebih besar dalam pembelajaran, Candrian menyarankan pemerintah perlu berkonsentrasi memberikan semacam alokasi dana untuk pengembangan penelitian, pengembangan koleksi, dan penataan tata pamer yang perlu ditingatkan. "Sehingga museum selain menjadi tempat wisata, juga menjadi sarana belajar yang menyenangkan," kata jebolan Universitas Indonesia jurusan Arkeologi ini.

Peran pentingnya museum untuk media pembelajaran juga dirasakan Fitria Handayani (34 tahun). Guru di sekolah dasar negeri di Pejaten Barat ini mengatakan, jika museum bisa menjadi alternatif belajar bagi murid-murid mengenal sejarah secara visual. "Sehingga anak-anak bisa mendapatkan ilmu dengan melihat, mendengar, dan membayangkan suasananya," kata Fitri.

Museum Joang 45 di Menteng contohnya. Menurut Fitri museum itu memberikan segudang informasi tentang peran penting para pejuang dalam memerdekaan Indonesia. "Murid pun bisa melihat diorama tentang peristiwa sebelum kemerdekaan, hingga merasakan bagaimana proklamasi itu dibacakan," ucap dia.

Namun, karena masa pandemi Covid-19 sejumlah museum ditutup demi menekan angka penyebaran virus corona. Agar masyarakat tetap bisa mengunjungi dan mendulang ilmu dari museum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan fitur situs mikro (microsite) pada laman web milik Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk memperkuat informasi permuseuman di Ibu Kota.

"Microsite ini digunakan sebagai kanal informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta khususnya dalam bidang kesenian, kebudayaan, permuseuman dan cagar budaya," kata Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana di Jakarta, Ahad (7/8).

Iwan menyebutkan, saat ini sebanyak delapan museum yang telah memiliki situs mikro, yakni Museum Sejarah Jakarta, Museum MH. Thamrin, Museum Joang’45, Museum Prasasti, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Tekstil, Museum Wayang dan Museum Bahari. Saat ini sedang dipersiapkan untuk objek budaya lainnya seperti Taman Ismail Marzuki, Pulau Onrust dan Cipir, Situs Marunda, Taman Benyamin Sueb, Setu Babakan dan laman web untuk wisata religi seperti Masjid Luar Batang.

"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan akan terus meningkatkan pelayanan informasi publik yang terintegrasi dengan teknologi. Salah satunya adalah melalui 'microsite' museum ini," ujar Iwan.

Fitur yang terdapat pada situs mikro museum ini antara lain informasi umum tentang museum, berita dan artikel terkini dari...

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement