Oleh : Agung Sasongko, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Berbeda dengan musim lalu, Leeds United sedikit tampil berbeda musim ini. Gaya bermain dengan determinasi tinggi berikut fleksibilitas pergerakan pemain tidak lagi terlihat. Leeds tak lagi mampu meliak-liuk seperti dulu, boro-boro mencetak gol yang terjadi malah gawang Lilian Mislier masih kebobolan lebih banyak gol. Ada Apa Marcelo Bielsa?
Di laga pembuka, Leeds dihajar Manchester United 1-5 di Old Trafford. Jumlah skor yang mungkin tak mampu dibayangkan fans The Whites. Pada babak pertama, Leeds tampak sebagai sebuah tim yang tangguh, tertinggal namun pantang menyerah memberikan perlawanan. Memasuki babak kedua, seperti kehabisan bensin, Leeds jadi bulan-bulanan. Leeds menyerah 1-5 dari rival. Duet Bruno Fernandes dan Paul Pogba begitu leluasa mengacak-acak lini tengah Leeds yang bolong.
Di laga berikutnya, Leeds ditahan imbang Everton (2-2), kalah dari Liverpool (0-3), imbang lawan Newcastle dan Burnley (1-1), dan kalah dari West Ham (1-2). Catatan tersebut membuat The Whites perpanjang rekor belum meraih kemenangan hingga pecan ke-5 Liga Primer Inggris. Menariknya, menurut catatan Goal.com, Leeds telah kebobolan delapan gol dari total gol yang diharapkan (xG) sebanyak 10,2, dengan masing-masing 2,04 per laga. Sangat tinggi dan lebih buruk dari musim lalu yang hanya sebesar 1,54.
Seperti biasa, Marcelo Bielsa hanya menjawab enteng dengan situasi dialami Leeds. “Pada laga melawan West Ham, kami melakukan banyak hal agar tidak kalah,” kata Bielsa dilansir laman resmi klub. Menurutnya, pada sebuah tim dalam periode bagus akan lebih mudah meraih kemenangan. Sebaliknya, dalam periode buruk, apa yang pantas didapatkan akan sulit mendapatkannya.
“Kita bermain bukan undian. Ini adalah konsekuensi dari cara kami bermain, “kata dia.
Pada musim ini, Leeds mematok Rapinha pada sisi kanan dan Jack Horrison pada sisi kiri. Di musim lalu, kedua pemain ini kerap merotasi posisi sehingga membuka variasi serangan Leeds saat itu. Kini, strategi itu coba diubah Bielsa dengan menumpu titik serangan para Rapinha. Benar saja, pemain asal Brasil ini cukup baik memainkan tugas itu dengan mencetak dua gol sejauh ini.
Efek negatifnya, sudah beberapa pertandingan, energi Rapinha seolah kedodoran sehingga kerap diganti di babak kedua. Ketika Rapinha ditarik, Leeds bermain aman. Lagi-lagi bukan karakter Leeds musim lalu yang pantang menyerah meski sudah kebobolan empat gol.
Pada musim ini, sisi kiri Leeds menjadi titik lemah. Mendatangkan Junior Firpo belum menjadi solusi. Firpo justru cenderung tampil buruk, kerap blunder dan tidak memiliki peran signifikan dalam serangan Leeds di sisi kiri. Duetnya bersama Harrion tak mulus. Keduanya tampak kikuk dalam membangun serangan. Situasi ini jelas berbeda dengan musim lalu, ketika Gianni Alioski memainkan mengisi pos kiri.
Bielsa memang punya alternatif dengan menggeser Lee Cooper ke sebelah kiri. Persoalannya, Leeds tengah krisis bek. Robin Koch alami cedera. Pascal Struijk kena hukuman larangan bermain akibat kartu merah usai insiden tackle berbahaya terhadap gelandang Liverpool, Harvey Elliot. Diego Llorente juga lebih banyak alami cedera sehingga kurang tampil maksimal sejak musim lalu. Bielsa memutar otak dengan menempatkan Stuart Dallas di kiri. Namun, kehadiran Dallas di kiri justru di luar ekspektasi Bielsa. Alur serangan Leeds malah mandek.
Praktis Bielsa hanya mengandalkan Firpo. Sayangnya pemain asal Republik Dominika itu menjadi titik lemah Leeds. Selain minim determinasi, Firpo kerap kedodoran diadu sprint lawan. Yang paling parah, Firpo tak displin menjaga area posnya. Pada laga melawan West Ham merupakan penampilan terburuknya musim ini. Pada Lini tengah seperti musim lalu dibiarkan kosong karena bagian strategi. Tak heran, Leeds lebih mudah diserang pada titik ini. Sementara lini depan Leeds juga tumpul. Rodrigo Moreno cenderung angin-anginan. Sementara, Patrick Bamford juga kesulitan karena kerap kekurangan suplai bola. Situasi ini jelas perlu jadi perhatian Bielsa jika ingin awet di Liga Primer Inggris.