REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejumlah peneliti di Jepang untuk pertama kalinya menggunakan komputer super (supercomputer) Fugaku untuk memproduksi ketidakseimbangan rotasi matahari. Fenomena ini telah menjadi misteri selama berabad-abad.
Para ilmuwan dari Universitas Chiba dan Universitas Nagoya mensimulasikan cara kerja bagian dalam bola gas dalam upaya untuk menentukan mengapa area yang berbeda berputar pada kecepatan yang berbeda. Seluruh area di Bumi menyelesaikan satu putaran dalam waktu 24 jam.
Meski demikian, dibutuhkan sekitar 25 hari bagi zona dekat ekuator matahari untuk menyelesaikan satu rotasi. Sementara, diperlukan sekitar 30 hari untuk bagian yang berada di dekat kutub utara dan selatan.
Fenomena tersebut, dikenal sebagai rotasi diferensial matahari pertama kali diamati pada 1630. Meski demikian, hingga saat ini belum ada penjelasan pasti mengapa itu terjadi.
Dengan menggunakan sekitar 5,4 miliar titik di dalam matahari, Fugaku menghitung bagaimana energi dari fusi nuklir di dalam bintang dipindahkan ke permukaan oleh arus konveksi. Proyek komputer super ini mensimulasikan migrasi termal dan perubahan medan magnet berdasarkan data pengamatan kepadatan, tekanan, dan suhu matahari.
Dilansir Asahi News, simulasi definisi tinggi berhasil mereproduksi khatulistiwa yang berputar lebih cepat daripada kutub utara dan selatan. Pendahulu Fugaku, supercomputer K, dapat melakukan perhitungan hanya dengan menggunakan sekitar 100 juta titik dan tidak dapat secara akurat mereproduksi cara kerja internal matahari yang rumit.
Eksperimen itu salah membuat khatulistiwa berputar lebih lambat daripada kutub. Fugaku dapat membantu para peneliti mengungkap misteri lain.
"Kami juga akan bekerja untuk mencari tahu mekanisme siklus 11 tahun, misteri terbesar dalam fisika matahari," ujar Hideyuki Hotta, seorang profesor fisika di Universitas Chiba.
Perbedaan kecepatan rotasi disebut memiliki peran kunci dalam munculnya lebih banyak bintik matahari setiap 11 tahun. Ini juga termasuk dalam peningkatan aktivitas matahari.