REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadirnya industri non fungible token (NFT) memungkinkan berbagai karya, baik itu lukisan, musik, hingga kover dari satu edisi koran bisa terlahir kembali secara digital. Dengan di-minting dan diubah menjadi NFT, bukan hanya karya seni baru yang dapat digitalkan, tapi juga berbagai karya yang telah sebelumnya ada.
Saat ini, popularitas NFT di industri kreatif pun makin terus menggeliat. Bukan hanya karena NFT memberikan napas baru bagi dunia seni, tapi juga berbagai potensi meraih pendapatan baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Pada Selasa (28/9), Republika kembali menghadirkan salah satu kover depan terbaiknya untuk dijadikan NFT. Kover depan dari edisi yang terbit Rabu 7 Agustus 2019 dipilih Republika untuk dihadirkan kembali sebagai aset digital yang dapat dikoleksi.
Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi menjelaskan, berpulangnya ulama kharismatik KH Maimoen Zubair di Makkah pada Selasa (6/8/2019) merupakan kehilangan besar bagi kaum Muslim di Tanah Air. "Banyak pelajaran dan keteladanan yang selama ini beliau tunjukkan. Dan keputusan untuk menghadirkan kover yang berjudul Mbah Moen ke dalam bentuk NFT adalah sekali lagi sebagai bentuk penghormatan kepada beliau," ujarnya.
Ulama kelahiran 28 Oktober 1928 ini merupakan pimpinan Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, Rembang. Semasa kecil dan remaja, putra Kiai Zubair Dahlan itu mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan KH Abdul Karim. Selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada KH Mahrus Ali.
Pada usia 21 tahun, Mbah Moen melanjutkan studi ke Makkah. Ia juga meluangkan waktu untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa. Di antaranya dengan Kiai Baidhowi, KH Ma'shum Lasem, KH Wahab Chasbullah, KH Muslih Mranggen, dan beberapa kiai lain.
Mbah Moen juga merupakan seorang alim, fakih, sekaligus muharrik (penggerak) yang menjadi rujukan dalam bidang fikih. Mbah Moen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya kitab berjudul al-Ulama al-Mujaddidun.
Tonjolkan kharisma
Dalam setiap desain kover yang ditampilkan, Republika senantiasa menghadirkan pesan atau cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca. Kepala bagian infografis Republika Ali Imron mengungkapkan adanya proses kreatif tim desain Republika ketika menggarap kover tribute untuk Mbah Moen. "Latar belakangnya saat itu, kita ingin menampikan sosok Mbah Moen yang kharismatik, sejuk, dan damai," kata Imron.
Teknik ilustrasi pensil warna yang dibuat oleh ilustrator Republika, Da'an Yahya, ingin menonjolkan tampilan desain yang bersih. "Hal ini menggambarkan bahwa kepergian beliau khusnul khatimah. Jadi kami juga menonjolkan tampilan yang sangat bersih sebagai karakter utamanya," Imron melanjutkan.
Kover edisi perpisahan dengan Mbah Moen ini ditawarkan di lokapasar NFT terbesar di dunia, OpenSea. Ditawarkan seharga 5 ethereum, kover ini dapat dibeli dengan sistem fixed price hingga enam bulan mendatang.
Sebelumnya, Republika juga terus konsisten mereinkarnasi kover-kover terbaiknya selama ini dalam bentuk NFT. Beberapa di antaranya, kover edisi perdana yang telah laku terjual sesaat setelah perilisan, kover tribute untuk almarhum presiden kedua Indonesia, H Muhammad Soeharto, dan edisi Sampah Plastik untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya perubahan iklim.
Selain itu, Republika juga melakukan kurasi terhadap momen-momen penting dalam 28 tahun perjalanannya. Kemudian, menyimpan nostalgia tersebut dalam bentuk NFT sebagai memorabilia digital. Salah satunya, dengan merilis NFT berita lahirnya Republika.co.id pada medio 1995.
Ke depan, Republika akan terus mengeksplorasi berbagai peluang yang dibawa teknologi blockchain dalam memperluas bisnis digitalnya. Termasuk juga, mulai menjajaki platform lokapasar lain untuk menawarkan konten pilihan yang akan ditransformasikan dalam bentuk NFT.
Republika juga akan terus konsisten mengedukasi masyarakat tentang pemanfaatan teknologi blockchain yang positif. Mengingat, ada berbagai peluang besar yang ditawarkan oleh teknologi yang satu ini.
Tautan edisi kover Mbah Moen di Opensea bisa diklik di sini.