Kamis 14 Oct 2021 23:20 WIB

PTM Dilakukan Saat Pandemi demi Menumbuhkan Karakter Anak

Kunci PTM adalah mengedukasi siswa untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.

PTM Dilakukan Saat Pandemi demi Menumbuhkan Karakter Anak. Sejumlah siswa mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SMPN 6 Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/10/2021). Sebanyak 28 Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta melaksanakan simulasi PTM terbatas dengan protokol kesehatan COVID-19 dan pembatasan kehadiran siswa maksimal 50 persen dari kapasitas ruang kelas. Simulasi tersebut berlangsung hingga dua pekan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
PTM Dilakukan Saat Pandemi demi Menumbuhkan Karakter Anak. Sejumlah siswa mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SMPN 6 Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (4/10/2021). Sebanyak 28 Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta melaksanakan simulasi PTM terbatas dengan protokol kesehatan COVID-19 dan pembatasan kehadiran siswa maksimal 50 persen dari kapasitas ruang kelas. Simulasi tersebut berlangsung hingga dua pekan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Sri Wahyuningsih menyebutkan beberapa alasan pertemuan tatap muka di sekolah wajib dilakukan. Salah satunya adalah untuk menumbuhkan karakter anak.

Sri mengatakan pertemuan tatap muka atau yang lebih dikenal dengan sebutan PTM terus didorong oleh Kemendikbud dan ristek untuk meningkatkan capaian anak-anak di satuan pendidikan. Sebab, selama 1,5 tahun belajar dari rumah memberikan dampak yang cukup besar bagi dunia pendidikan.

Baca Juga

"Banyak faktor yang mempengaruhi kami di kementerian khususnya mendikbud ristek mendorong pembelajaran tatap muka di sekolah. Mengapa? Banyak faktor yang melatarbelakangi seperti tingginya angka putus sekolah dan khawatirnya kami terhadap capaian learning loss yang sudah di depan mata," kata Sri dalam webinar pada Kamis (14/10).

"Kemudian kemunduran penerapan, penumbuhan karakter. Karakter sangat diperlukan, ini terbangun baik interaksi sosial di lingkungan sekolah, rumah tangga atau lingkungan lain," katanya.

Sri memahami ketakutan para orang tua murid yang masih ragu melepaskan anaknya kembali ke sekolah. Oleh karenanya, satuan pendidikan perlu mempersiapkan secara matang aturan dan tata tertib yang sudah dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri.

Sri juga meminta satuan pendidikan memiliki UKS (unit kesehatan siswa) yang harus berada di bawah pengawasan Satgas Covid-29 setempat. "Satgas Covid-19 Tingkat satuan pendidikan harus dibentuk yang tentunya memiliki tugas untuk melakukan pengawasan setiap PTM berlangsung. Di beberapa daerah, yang sudah turun level tentunya kita tidak boleh lengah atau abai apalagi euforia. Perilaku hidup sehat harus menjadi norma baru dalam kehidupan kita," kata Sri.

Sri menjelaskan, kunci penting dari suksesnya pelaksanaan PTM adalah mengedukasi murid untuk meningkatkan perilaku hidup sehat seperti mencuci tangan, menggunakan masker dan jaga jarak secara disiplin. "Kami mendorong satuan pendidikan terus menginisiasi dan mengedukasi putra-putri kita untuk meningkatkan perilaku hidup sehat karena satuan pendidikan dapat melaksanakan PTM kuncinya adalah pada melakukan protokol kesehatan yang tertib dan disiplin sehingga harapan kita semua untuk tidak menjadikan satuan pendidikan sebagai klaster tidak terwujud," ujar Sri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement