REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berkomitmen bertransformasi menjadi Digital Hybrid University. Menurut Rektor UPI, Solehuddin hal tersebut dilakukan sebagai jawaban atas revolusi industri 4.0 dan kebutuhan pembelajaran pada saat ini.
Solehuddin mengatakan, di tengah kondisi pandemi dan perkembangan teknologi saat ini, UPI harus mampu menjadi digital gybrid university. Kampus yang mengkombinasikan antara pendidikan tatap muka dan online. Pendidikan online akan memungkinkan akses yang lebih luas, menuju perguruan tinggi kelas dunia.
"UPI harus mengubah plaftom pembelajaran dari analog yang sudah usang, menjadi digital, yaitu hybird learning. Sehingga pembelajaran UPI bisa diakses di dalam negeri dan luar negeri, secara tak terbatas," ujar Solehuddin pada acara Dies Natalis ke-67 UPI di Aula Ahmad Sanusi, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Kamis (21/10).
Untuk menuju kampus Digital Hybrid University, kata dia, UPI harus sudah mulai mempersiapkan tenaga pengajar dan mahasiswa yang paham akan pemanfaatan teknologi. Tenaga pengajar harus memahami bagaimana hybrid learning diterapkan, dengan hasil yang maksimal.
"Kita perlu melakukan pembenahan serius untuk menghasilkan lulusan yang ahli dalam bidang digital. Sehingga diperlukan tenaga atau pengajar yang mampu membaca perkembangan teknologi itu. Seperti ahli internet of think, digital marketing, dan lainnya," paparnya.
Sementara menurut Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Menristekdikti) Nadiem Makarim mengatakan, ke depan peran UPI akan sangat penting dalam mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia. Ini tak lepas posisi UPI yang menghasilkan lulusan calon guru.
"Guru akan menjadi penentu pendidikan di Indonesia. UPI tentu telah berkontribusi besar terhadap pendidikan Indonesia melalui guru yang dihasilkan. Ini yang harus terus dibangun sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia," katanya.
Pada Dies Natalis yang digelar daring ini, hadir beberapa tamu penting secara virtual, seperti Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Agum Gumelar serta beberapa rektor. Juga hadir Kejati Jabar menggantikan Jaksa Agung yang berhalangan hadir memberikan orasi ilmiah.