REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kairo adalah salah satu kota terbesar di dunia. Kemacetan sering terjadi. Di sana aktivis menggalakkan agar warga bersepeda untuk mengurangi polusi dan kemacetan.
Di hari kerja biasa, Heba Attia Mousa pergi ke kantor dengan mengendarai sepeda. Di Kairo, jarang tampak orang pergi pulang dengan bersepeda. Apalagi perempuan.
Tapi sebagai ahli tata kota yang bekerja untuk menjadikan Kairo kota yang ramah pesepeda, Heba Mousa merasa normal untuk bersepeda setiap hari. Walaupun kadang perlu sedikit keberanian!
Ia bisa melihat sendiri, bagaimana Kairo perlu banyak perbaikan. “Saya biasanya bersepeda di sisi kanan jalanan. Itulah tempat di mana banyak debu, sampah, dan lubang kanalisasi. Selain itu, jalanan sering rusak,“ tutur Heba yang bekerja sebagai perencana kawasan perkotaan.
“Orang yang naik mobil, tidak menduga akan bertemu pesepeda, dan jika mobil terlalu dekat, itu bisa berbahaya.”
Jalan-jalan di Kairo penuh rintangan bagi pesepeda. Daerah metropolitan Kairo adalah yang terbesar di Afrika. Penduduknya lebih dari 21 juta.
Upaya pemerintah atasi kemacetan kurang efektif
Baik pesepeda maupun pejalan kaki, semua perlu tempat. Pemerintah Mesir sudah berusaha keras membuat jembatan dan memperlebar jalan bebas hambatan. Belakangan ini, mereka sudah membuat jaringan jalan sepanjang 7.000 km di seluruh negeri.
Sejak pandemi corona melanda, jumlah pesepeda di ibu kota Mesir itu sudah bertambah sedikit. Mohamed Yousry yang punya toko sepeda mengatakan, sekarang lebih banyak orang berminat beli sepeda.
“Transportasi umum selalu penuh. Dan di masa pandemi, orang ada yang takut bisa terkena virus jika naik transportasi umum,” kata Mohamed Yousry,.
“Jadi mereka lebih suka naik sepeda. Selain itu, penuhnya lalu lintas dan kemacetan di kota membuat orang sadar, sebetulnya dengan bersepeda, perjalanan bisa lancar.”