REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- University of Warwick bekerja sama dengan IBEC (Indonesia–Britain Education Centre menggelar webinar yang mengusung tema "Big Tech Career" belum lama ini. Webinar ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom.
Warwick dan IBEC (Official Representative – University of Warwick) memilih topik ini karena sektor big tech akan meningkat tajam dan jadi industri yang sangat penting, terutama untuk generasi muda. Di Indonesia, ekonomi digital bernilai 44 miliar dolar Amerika pada tahun 2020, dan akan meningkat menjadi 124 miliar dolar Amerika pada tahun 2025 (Nikkei Asia).
Ada banyak investasi di Indonesia dari international tech giants, beberapa di antaranya adalah Facebook, Google, Microsoft, Paypal, Alibaba, ByteDance, Ant Financial.
Pada seri webinar "Big Tech Career" ini terdapat tiga pembicara yang dihadirkan. Ketiganya merupakan para profesional di bidangnya dan lulusan University of Warwick yaitu Johan Antlov (Chief Growth Officer Happy Fresh), Ricci Wijaya (HR Business Partner ByteDance, dan Tiffany Irianto (Product Marketing Manager Gojek).
Product Marketing Manager Gojek, Tiffany Irianto, mengatakan, pada era modern seperti sekarang ini, banyak anak muda yang ingin bekerja di big tech company. Namun, semua tidak akan berjalan lancar jika tidak tahu langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan.
Tiffany mengatakan, salah satu tips darinya adalah para pelamar bisa lebih dulu bertanya pada diri mereka sendiri tentang apa yang sesungguhnya diinginkan. "Cari tahu dulu nantinya kita mau bekerja di bidang apa dan pekerjaannya mau seperti apa. Cobalah untuk mengerti role di bidang tersebut dan diri kalian sendiri," ujar Tiffany.
Selain itu, kata dia, ada baiknya untuk berbincang-bincang dengan teman-teman agar bisa mendapatkan banyak sumber dan inspirasi. "Ini sangat penting, karena takutnya nanti kamu melakukan hal yang bahkan tidak ingin kamu lakukan," katanya.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Tiffany, HR Business Partner ByteDance Ricci Wijaya mengatakan, para calon pelamar harus bertanya pada diri mereka sendiri. Sebab, bekerja di startup tidaklah semudah yang dibayangkan.
"Coba tanya sama diri sendiri, apakah kamu itu lebih suka bekerja di perusahaan yang dinamis atau statis? Karena kaya di startup itu, kelihatannya memang asyik, tapi sebenarnya bukan buat semua orang. Kamu akan punya banyak project dan ketidakpastian, tapi nantinya mampu mengasah kreativitas," katanya.
Menurutnya, edikit banyak dari mereka yang masih dalam masa labil ternyata merasa jika bekerja di startup bukan pekerjaan yang cocok buat mereka. "Jadi, kamu harus bertanya pada diri sendiri dulu sebelum menentukan langkah selanjutnya," katanya.
Setelah Tiffany dan Ricci berbagi tips, Johan Antlov sebagai Chief Growth Officer Happy Fresh menambahkan, hal lain yang harus diperhatikan oleh calon pelamar yang ingin bekerja di big tech company.
"Saya pikir hal yang terpenting yang harus dilakukan adalah research. Kita harus research perusahaannya, budayanya, marketnya, industrinya, dan lihat juga apakah akan cocok untuk kamu atau tidak. Sejujurnya pindah dari corporate ke startup adalah keputusan terbaik yang saya buat," paparnya.
Menurutnya, dia memilih perusahaan yang besar dan dengan bekerja di perusahaan yang besar ini akan membantu untuk berkembang sebagai individu. "Namun, tergantung kemana kamu akan pergi, entah itu dengan pindah ke perusahaan yang lebih kecil, tapi kamu tetap bisa berkembang. Nantinya dari pengalaman ini kamu bisa memulai bisnis sendiri," katanya.
Menurutnya, jika ingin memulai bisnis sendiri tanpa mengeluarkan banyak uang, maka kita harus terjun ke industrinya. "Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak orang yang tertarik menjadi entrepreneur, jadi kamu harus mengambil kesempatan itu," kata Johan.