REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Operasional Kembali Berwisata, Anjani Mutter menilai bahwa konsep wisata berkelanjutan harus mulai digaungkan. Konsep ini dapat memberi nilai tambah pada kearifan lokal.
"COVID-19 sangat mempengaruhi pariwisata di Indonesia, sebenarnya kita juga bisa mencari sisi positifnya dari pandemi ini. Salah satunya, bagaimana kita mengampanyekan cara pariwisata baru. Jadi, tidak hanya sekadar foto-foto, tetapi bertukar pikiran dengan masyarakat lokal," ujarnya dalam diskusi bertema "Peran Generasi Muda dan Penggunaan Teknologi Digital dalam Pelestarian Arsitektur Nusantara" yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (22/11).
Ia meyakini setelah pandemi COVID-19 akan banyak objek wisata baru yang bermunculan, baik di Indonesia Timur atau Indonesia Barat seiring perkembangan teknologi digital. Menurutnya, terdapat tiga aspek dalam konsep pariwisata berkelanjutan, yakni sosial, budaya, dan lingkungan. Pada aspek sosial, keterlibatan masyarakat lokal dalam melindungi dan menjaga alamnya.
"Jadi, kebanyakan dari mereka itu nggak tahu bahwa mereka itu sebagai penjaga keberlangsungan alam. Mereka cenderung hanya melakukan kerjaan harian saja. Kita ingin memajukan kebanggaan komunitas lokal sebagai penjaga keberlangsungan alam," ucapnya.
Pada aspek budaya, lanjut dia, dapat dijadikan jembatan dalam menyampaikan potensi objek wisata sebagai destinasi yang menarik. "Jadi, tidak hanya mencari pemandangan saja, tapi budayanya harus kita angkat," katanya.
Anjani berharap semua orang yang berwisata juga mencari tahu cerita dibalik tempat wisata yang dikunjunginya, lalu dibagikan ke sosial media. Dengan begitu, akan menambah pengetahuan dan sekaligus menarik wisatawan lain untuk ikut berkunjung ke tempat wisata itu. Sedangkan aspek lingkungan, ada kepedulian dalam melestarikan alam.
"Tidak hanya menceritakan keindahan alam saja, kita bisa menggali cerita lebih dalam dengan mencari pelaku dibalik keindahan itu, tentu ada orang dibalik layar yang tidak sering ditampilkan," katanya.