REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecerdasan buatan kini menjadi alat baru yang bisa membantu tugas-tugas manusia. Banyak pekerjaan yang akan lama sekali jika digarap oleh manusia namun bisa dilakukan dalam waktu singkat oleh kecerdasan buatan.
Stuart Russell, pendiri Center for Human-Compatible Artificial Intelligence, di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa tujuan kecerdasan buatan atau artificial intellegence (AI) adalah melakukan hampir semua hal yang dilakukan manusia.
Ia menuturkan bahwa mesin memiliki bandwidth besar dan keunggulan memori dibandingkan manusia, membuat bahwa pekerjaan yang dilakukannya lebih cepat.
Dilansir BBC, Russell mengatakan bahwa manusia pada akhirnya bisa berada dalam titik bahaya yang ekstrem karena kemajuan AI. Ia menyebut salah satu yang perlu diperhatikan, algoritme yang dimiliki robot dan teknologi ini belum mendekati kemampuan manusia secara umum.
“Tapi, ketika Anda menjalankan miliaran algoritme tersebut, mereka masih dapat memiliki efek yang sangat besar pada dunia,” ujar Russell.
Alasan lain untuk khawatir adalah bahwa itu sepenuhnya masuk akal, menurut Russell adalah karena AI akan memiliki tujuan umum baik dalam masa hidup saat ini atau dalam masa hidup anak-anak generasi selanjutnya.
Ia berpikir jika AI tujuan umum dibuat dalam konteks persaingan negara adidaya saat ini,maka siapa pun yang menguasai dunia, mentalitas semacam itu, maka hasilnya bisa menjadi yang terburuk.
Meski demikian, Russell mengatakan bahwa reaksi khawatir dari masyarakat dunia atas kemajuan AI bukanlah hal yang tepat. Namun, tidak ada salahnya ada sedikit rasa takut, sama seperti manusia mengkhawatirkan tentang perubahan iklim di dunia.
“Saya pikir sedikit rasa takut diperlukan, karena itulah yang membuat Anda bertindak sekarang daripada bertindak ketika sudah terlambat, yang sebenarnya adalah apa yang telah kita lakukan dengan perubahan iklim,” jelas Russell.
View this post on Instagram