Kamis 09 Dec 2021 05:20 WIB

Ilmuwan Prediksi Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Buruk

Ilmuwan sebut varian virus berikutnya bisa saja lebih buruk hingga mematikan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ilmuwan sebut varian virus berikutnya bisa saja lebih buruk hingga mematikan (Foto: ilustrasi menggunakan masker saat pandemi)
Foto: AP/Andy Wong
Ilmuwan sebut varian virus berikutnya bisa saja lebih buruk hingga mematikan (Foto: ilustrasi menggunakan masker saat pandemi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu ilmuwan pengembang vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca Profesor Sarah Gilbert mengatakan pandemi Covid-19 bukan ancaman virus terakhir yang akan datang di dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Ke depan, akan sangat mungkin bila muncul ancaman virus baru yang lebih menantang.

"Yang selanjutnya bisa jadi lebih buruk, bisa saja lebih menular, atau lebih mematikan," jelas Profesor Gilbert, seperti dilansir FOX News, Kamis (9/12).

Baca Juga

Situasi menantang tersebut bisa ditangani bila pemerintah di berbagai belahan dunia lebih berkomitmen dan mendedikasikan diri pada penelitian ilmiah dan persiapan penanggulangan pandemi. Hal ini tetap perlu dilakukan meski nantinya ancaman Covid-19 sudah mereda.

Profesor Gilbert menyadari bahwa pandemi Covid-19 saat ini telah memicu kerugian ekonomi yang besar. Akan tetapi, dia berharap agar situasi tersebut tak memicu pemerintah untuk menomorduakan dana untuk kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa berikutnya.

"Kemajuan yang sudah kita buat, dan pengetahuan yang sudah kita peroleh, tidak boleh hilang," pungkas Profesor Gilbert.

Saat ini, berbagai negara sedang dihadapkan dengan kemunculan varian baru Omicron. Sejak kemunculan varian abru ini, kasus Covid-19 baru harian di banyak negara tampak mengalami peningkatan yang berarti.

Di Eropa misalnya, tak hanya kasus baru harian yang mengalami peningkatan, tetapi juga kasus kematian akibat Covid-19. Saat ini, Eropa menempati urutan kedua dengan kasus kematian Covid-19 terbanyak di bawah Rusia dengan jumlah lebih dari 146.000 kasus.

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan sudah ada lebih dari 300 kasus Omicron yang terkonfirmasi. Sebagian dari kasus tersebut tak memiliki kaitan dengan perjalanan internasional.

"Kami bisa menyimpulkan bahwa ada transmisi komunitas saat ini di sebagian wilayah Inggris," ungkap Javid.

Masih ada cukup banyak hal yang belum diketahui mengenai varian Omicron. Diperlukan waktu untuk memahami apakah varian Omicron lebih menular, apakah dapat menyebabkan sakit yang lebih serius, atau apakah bisa dicegah dengan vaksin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement