Sabtu 01 Jan 2022 15:34 WIB

Jangan Menyerah, Timnas

Masih ada 90 menit waktu normal untuk dilakoni Evan Dimas dkk.

Para pemain Timnas Indonesia pada pertandingan leg kedua semifinal AFF Suzuki Cup 2020 antara Indonesia dan Singapura di Singapura, Sabtu, 25 Desember 2021.
Foto: AP/Suhaimi Abdullah
Para pemain Timnas Indonesia pada pertandingan leg kedua semifinal AFF Suzuki Cup 2020 antara Indonesia dan Singapura di Singapura, Sabtu, 25 Desember 2021.

Oleh : Mohammad Akbar, Redaktur Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Kekalahan 0-4 timnas Indonesia dari Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2020 terasa sungguh menyakitkan. Kekalahan itu seperti orang yang sedang jatuh cinta tapi hanya membuahkan PHP alias harapan palsu. 

Sebelum final digelar, tampilnya skuad Garuda ke partai puncak langsung menyulut beragam euforia. Bahkan, seorang ketua umum PSSI pun tak mau kehilangan momen ini untuk dijadikannya ajang pencitraan diri. Meme berisi tampilan wajahnya yang besar dengan kalimat 'Final Kami Datang' langsung menyebar viral di ruang ruang obrolan grup WhatsApp. 

Tapi setelah kekalahan terjadi, tak ada lagi pihak-pihak yang mencari untung untuk pencitraan dirinya. Sebaliknya beragam kalimat satire menyebar untuk memberikan semangat kepada Evan Dimas dkk untuk terus memupuk semangatnya di final leg kedua yang akan digelar Sabtu (1/1) pukul 19.30 WIB.

Buat saya, apapun yang diraih timnas tetaplah sebuah kebanggaan. Setidaknya, lolosnya tim besutan Shin Tae-yong ini ke final sudah menjadi hal yang positif. Pencapaian ini telah melampaui target sebelum Piala AFF dihelat, dimana Indonesia yang berada satu grup dengan Vietnam dan Malaysia, mampu meloloskan diri dari fase penyisihan grup. 

Namun demikian final Piala AFF yang digelar di satu tempat, di Singapura, masih belum berakhir. Masih ada 90 menit waktu normal untuk dilakoni Evan Dimas dkk. Artinya, bendera putih belumlah terlempar meski Shin Tae-yong secara lugas telah mengakui Thailand memang lebih baik dari anak asuhnya. 

Saya masih percaya bahwa bola yang bundar akan tetap memberikan sejumlah peluang. Saya juga percaya para pemain muda itu akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya buat para pendukung setianya di Tanah Air. 

Walau terasa lebay, tapi sepak bola selalu saja memberikan kejutan. Liverpool yang pernah tertinggal 0-3 dari AC Milan pada babak pertama final Liga Champions 2005 di Istanbul, Turki, ternyata mampu membalikkan situasi di babak kedua. Semua itu tentunya hanya bisa terwujud jika ada soliditas dan semangat untuk terus bergerak dan menemukan celah membobol gawang lawan.

Contoh lain yang serupa pernah juga dilalukan oleh Barcelona ketika bertemu Paris Saint-Germain (PSG). Pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions 2016/2017, Barca tertinggal 4-0. Tapi pada pertemuan kedua, klub raksasa Katalan itu mampu melakukan comeback dengan kemenangan 6-1 dan membuat Barca unggul agregat 6-5. 

Jika melihat statistik penampilan di leg pertama kemarin, Thailand memang begitu superior. Mulai dari penguasaan bola (66,6 persen), daya gedor serangan dengan 17 kali tembakan ke gawang Indonesia hingga akurasi operan (85,6 persen), telah memperlihatkan betapa digdayanya Teerasil Dangda cs atas Evan Dimnas dkk. 

Tapi sekali lagi, 90 menit kedua masih ada di depan mata. Final Piala AFF leg kedua yang akan digelar Sabtu (1/1) pukul 19.30 dari Stadion Nasional, Singapura, tentunya masih memberikan kesempatan. Saya yakin Shin Tae-yong telah mempelajari permainan dan kekurangan anak asuhnya di leg pertama kemarin. 

Untuk memupuk semangat pantang menyerah, rasanya skuad Garuda juga harus berkaca pada kekuatan anak muda negeri ini ketika mengusir penjajah. Bermodalkan semangat juang yang tinggi dan keyakinan kekuatan Ilahi, Indonesia mampu membuat para penjajah itu angkat kaki dari bumi pertiwi ini. 

Jadi, sebagai tim dengan rata-rata usia termuda (Indonesia berusia rata-rata 23,8 tahun dan Thailand 27,1 tahun), rasanya tak boleh ada kata untuk menyerah. Darah muda yang dimiliki Shin disertai dengan sokongan spiritualitas doa dari 260 juta penduduk Indonesia, rasanya membuka segala kemungkinan untuk bisa terjadi. Semoga saja keberuntungan dan kejutan terwujud di final kedua nanti. Andai tetap kalah, maka apresiasi rasanya tetap harus diberikan kepada para pemain timnas.

So, salahkah jika harapan itu diberikan kepada timnas Indonesia untuk memutus predikatnya sebagai spesialis runner-up Piala AFF?

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement