REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sulit tidur karena terganggu oleh pikiran yang cemas lazim terjadi di antara orang dewasa. Menurut Sleep Foundation, sebanyak 10 sampai 30 persen orang dewasa di Amerika mengalami masalah tidur dan insomnia kronis.
Studi yang digagas Universitas Oxford menemukan bahwa pengidap insomnia punya isi pikiran berbeda menjelang waktu tidur. Orang dengan masalah tidur juga lebih fokus pada kekhawatiran yang muncul dalam benaknya.
Mengapa kekhawatiran itu kerap muncul di malam hari? Ahli saraf kognitif Christian Jarrett menjelaskan, penyebabnya adalah karena di malam hari ada lebih sedikit pengalih dan gangguan.
Saat sibuk di siang hari, otak sibuk dengan berbagai aktivitas. Seseorang mungkin bekerja, bersekolah, berbicara dengan orang lain, atau bersenang-senang. Sementara, di malam hari, bagian otak untuk perencanaan dan pengambilan keputusan jadi lebih aktif.
Ketika meletakkan kepala di atas bantal, gangguan eksternal dan keterlibatan dengan dunia luar mulai pudar. Pikiran sepenuhnya bebas untuk berputar, resah atas semua yang terjadi atau khawatir tentang esok hari.
Masa lalu dan masa depan menjadi dua sumber utama pikiran cemas. Para psikolog semakin menyadari bahwa melawan kecemasan merupakan cara yang paling tidak efektif untuk mengatasi pikiran-pikiran yang mengganggu tersebut.
Lebih baik mengakui dan menerima pikiran, lantas membiarkannya berlalu. Untuk pikiran cemas tentang hari yang sudah dialami, cara praktis menanganinya adalah dengan menulis jurnal harian sebelum tidur.
Tim peneliti dari Universitas Oxford menemukan bahwa orang dengan insomnia yang menulis sebelum tidur akan lebih terbuka tentang kekhawatiran. Mereka kemudian membutuhkan lebih sedikit waktu untuk segera terlelap.
Bagi sebagian orang, kekhawatiran tentang hal yang belum terjadi dapat lebih mengganggu. Ada beberapa bukti bahwa Ahad malam adalah yang terburuk untuk insomnia karena ada pekan baru yang menunggu di depan.
Untuk menghilangkan kekhawatiran itu, mengekspresikan diri dengan menulis juga dapat membantu. Jarrett mengutip makalah terbitan 2018 yang ditulis para peneliti di Baylor University dan Emory University School of Medicine.
Dalam studi itu, periset meminta peserta meluangkan waktu lima menit sebelum tidur untuk menulis tentang semua yang telah mereka lakukan. Begitu pula semua hal yang dirasa perlu mereka lakukan selama beberapa hari selanjutnya.
Hasilnya, kebiasaan menuliskan perencanaan membuat peserta studi tidur lebih cepat. Disampaikan Jarrett, secara umum berbagai penelitian menunjukkan bahwa kekhawatiran dalam frekuensi sedang adalah sesuatu yang normal.
Daripada mencoba melawannya, penulis buku Be Who You Want itu memberi tahu trik jitu untuk tidur malam yang damai. Caranya adalah memberi otak kesempatan untuk melampiaskan kecemasan.
"Dengan begitu, saat kepala Anda menyentuh bantal, Anda akan lebih mudah berlayar ke alam mimpi dalam tidur yang tenang," ungkapnya, dikutip dari laman Science Focus, Rabu (5/1/2022).