Pada 2020, 69 persen orang tua melaporkan bahwa mereka membacakan cerita untuk anak kecilnya lima kali atau lebih per pekan. Hal itu meningkat dibandingkan dengan pada 2018 (65 persen) dan 2019 (64 persen), menurut laporan itu.
"Keluarga tahu sebelum pandemi bahwa mereka stres berlebihan. Anak-anak memiliki begitu banyak tempat untuk dikunjungi. Orang tua banyak sekali melakukan akrobat waktu dan perhatian," kata Froma Walsh, co-director Chicago Center for Family Health di University of Chicago.
Begitu pandemi membuat semua di rumah, menurut Walsh, orang tua jadi punya kesadaran bahwa situasi itu menciptakan kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul. Di sisi lain, pandemi juga telah mendatangkan tekanan untuk keluarga dengan adanya kematian, isolasi, kehilangan pekerjaan, belajar daring, aneka tuntutan anak, hingga perawatan orang tua.
Poin kuncinya adalah keluarga telah mengalami stres dan ketegangan ekstrem selama pandemi yang berkepanjangan ini. Akan tetapi, Walsh menyebut, penelitiannya menunjukkan bahwa keluarga telah melakukan yang terbaik ketika mereka berbagi nilai-nilai positif.
Keluarga yang terlibat dalam survei juga tampak mengambil pendekatan kreatif untuk pemecahan masalah. Mereka tampak memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi.
"Keluarga-keluarga yang dapat bersatu dan mempraktikkan ketahanan itu akan baik-baik saja, dan itu benar-benar memperkuat ikatan mereka," katanya.