REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian omicron yang sangat menular menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan strain delta. Namun, omicron tetap menjadi virus berbahaya terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi. Untuk itu, semua negara harus mendorong warganya divaksinasi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan, lebih dari 90 negara belum memenuhi target vaksinasi 40 persen dari populasi mereka dan lebih dari 85 persen orang di Afrika belum menerima dosis tunggal. "Kami tidak boleh membiarkan virus ini naik bebas atau mengibarkan bendera putih, terutama ketika begitu banyak orang di seluruh dunia tetap tidak divaksinasi," kata dia dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (13/1/2022).
Dia melanjutkan, kasus meningkat sebesar 55 persen atau 15 juta dalam sepekan hingga Januari dari sepekan sebelumnya. "Lonjakan besar dalam infeksi ini didorong oleh varian omicron, yang dengan cepat menggantikan delta di hampir semua negara," kata dia.
Dia menyebut, mayoritas orang yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia dengan Covid-19 adalah mereka yang tidak divaksinasi. Jika penularan tidak dibatasi, ada risiko lebih besar dari varian lain yang muncul, yang bahkan bisa lebih menular. "Bahkan lebih mematikan daripada omicron," ujar Ghebreyesus.
Pada kesempatan berbeda, Pengawas Obat Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA) menyatakan, penyebaran varian omicron mendorong Covid-19 menjadi penyakit endemik yang dapat diderita umat manusia. "Tidak ada yang tahu persis kapan kita akan berada di ujung terowongan tetapi kita akan berada di sana," ujar Kepala Strategi Vaksin EMA, Marco Cavaleri, yang berbasis di Amsterdam seperti dilansir di laman NDTV, Kamis (13/1/2022).
Dia mengatakan, dengan peningkatan kekebalan dalam populasi dan dengan omicron, akan ada banyak kekebalan alami yang terjadi di atas vaksinasi. "Kami akan bergerak cepat menuju skenario yang akan mendekati endemisitas," ujarnya.
Dia menekankan, masyarakat tidak boleh lupa bahwa kita masih dalam pandemi. WHO menyebut, lebih dari setengah orang di Eropa berada di jalur yang tepat untuk menangkap varian tersebut dalam dua bulan ke depan. WHO juga memperingatkan penguat atau booster Covid-19 berulang bukanlah strategi yang layak.
"Jika kami memiliki strategi di mana kami memberikan booster setiap empat bulan, kami akan berpotensi mengalami masalah dengan respons imun," ujar Cavaleri.
Menurut dia, ada risiko kelelahan pada populasi dengan pemberian booster secara terus-menerus. EMA secara terpisah mengatakan bahwa penelitian telah mengonfirmasi bahwa meskipun lebih menular, risiko rawat inap dari varian omicron adalah antara sepertiga hingga setengah dari yang ditimbulkan oleh varian delta.
Baca juga : Efek Samping Vaksin Booster Berikut Cara Menghindarinya