REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dosen sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Luluk Dwi Kumalasari, mengatakan, viralnya serial Layangan Putus membawa beberapa dampak dalam kehidupan masyarakat. Popularitas serial orisinal WeTV ini tak hanya memengaruhi kalangan dewasa tetapi juga anak-anak.
Menurut Luluk, terpaparnya anak-anak terhadap konten Layangan Putus dapat berdampak negatif bagi pola pikir mereka. Anak-anak jadi mengenal perselingkuhan, perceraian, dan ketidakharmonisan pada keluarga.
"Anak-anak mengenal hal tersebut di usia yang masih sangat muda," kata Luluk dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (26/1/2022).
Sebenarnya, penayangan Layangan Putus di sarana konten berbayar dan rating penonton berusia 17 tahun ke atas telah membuat anak tak mudah mengaksesnya. Namun, viralnya cuplikan film tersebut di beberapa media sosial membuat anak-anak menjadi terpapar.
Melihat hal tersebut, menurut Luluk, orang tua harus memberikan pemahaman lebih kepada anak terkait perselingkuhan maupun perceraian. Selain itu, orang tua juga bisa turut melakukan pembatasan konten dengan menggunakan fitur TikTok Kids.
Luluk juga memaparkan dampak lain yang menerpa masyarakat setelah viralnya serial tersebut. Salah satunya ialah kekhawatiran bahwa pasangan akan melakukan perselingkuhan seperti yang diceritakan dalam film.