Sabtu 29 Jan 2022 17:54 WIB

Moderna Mulai Uji Klinis Vaksin HIV

Selama 40 tahun , uji klinis vaksin HIV akhirnya dilakukan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Nora Azizah
Selama 40 tahun , uji klinis vaksin HIV akhirnya dilakukan.
Foto: AP
Selama 40 tahun , uji klinis vaksin HIV akhirnya dilakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama 40 tahun sejak dimulainya epidemi AIDS, para ilmuwan telah mencoba mengembangkan vaksin HIV. Namun, mereka gagal.

Dilansir dari laman Mic, Sabtu (29/1/2022), akhirnya, Moderna memulai uji klinis manusia dari vaksin HIV, pekan ini. Mereka menggunakan teknologi mRNA yang sama dengan vaksin Covid. 

Baca Juga

Uji coba sebelumnya yang dilakukan pada monyet telah menunjukkan banyak harapan. Kemudian pengujian vaksin pada orang sungguhan adalah langkah terakhir yang penting. Ini demi mendapatkan vaksin yang disetujui untuk penggunaan medis.

Moderna menegaskan mereka telah memberikan suntikan pertama vaksinnya di Universitas George Washington pada hari Kamis bersama dengan Inisiatif Vaksin AIDS Internasional. Uji klinis Fase 1 terdiri dari 56 orang dewasa HIV-negatif di seluruh negeri, 48 di antaranya akan menerima satu atau dua dosis vaksin mRNA. Dari mereka, 32 juga akan menerima booster. 

Sementara delapan peserta lainnya hanya akan menerima booster, yang diharapkan menghasilkan imunogen HIV. Tujuan dari vaksin ini adalah untuk merangsang produksi sel-B yang diharapkan akan menciptakan antibodi terhadap virus dan juga untuk menentukan rejimen vaksin mana yang paling efektif.

Mengembangkan vaksin HIV yang efektif sangat kompleks karena beberapa alasan. Pertama, virus menipu dan menyerang sistem kekebalan yang sama yang seharusnya menetralisirnya. Selain itu, HIV bereplikasi dengan sangat cepat dan bermutasi sepanjang waktu, sehingga hampir tidak mungkin bagi satu vaksin untuk mengidentifikasi dan menghentikan virus.

Alasan kita semua harus memperhatikan uji coba vaksin HIV Moderna adalah karena jika berhasil, ini bisa menjadi epidemi lain yang dibantu oleh teknologi mRNA. Meskipun upaya dan penelitian pencegahan HIV/AIDS untuk sementara terhenti oleh pandemi Covid. 

Tampaknya semua sumber daya yang digunakan untuk penelitian vaksin mRNA pada akhirnya dapat bermanfaat bagi perjuangan pemberantasan HIV. Kita masih hidup pada saat berbicara tentang HIV adalah stigma. Jadi rasanya perlu menambahkan peringatan ini setiap kali kita menulis tentang virus.

Mengidap HIV bukanlah hukuman mati dan orang dengan HIV dapat berumur panjang dan hidup sehat dengan pengobatan yang tepat. Untuk orang HIV-negatif, ada pil yang disebut PrPP yang, bila diminum setiap hari, mengurangi risiko tertular HIV sekitar 99 persen.

Namun, vaksin yang efektif akan menjadi berita luar biasa bagi komunitas kita mengingat orang kulit berwarna masih membuat sebagian besar diagnosis HIV baru setiap tahun. Menurut CDC, kulit hitam Amerika membuat 42 persen mengejutkan dari diagnosis HIV baru di AS setiap tahun, sementara orang Hispanik membuat 29 persen.

Singkatnya, vaksin adalah langkah maju yang besar untuk mendemokratisasikan pencegahan HIV bagi jutaan orang yang tidak memiliki akses ke PrPP. Moderna akan mengikuti dan memantau peserta uji klinis selama enam bulan ke depan, jadi kita akan tahu lebih banyak tentang efektivitas vaksin itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement