Kamis 03 Feb 2022 13:18 WIB

Sudah Tumbuh Lambat, Harga Saham Facebook Juga Merosot 20 Persen

Harga saham Facebook merosot 20 persen mewakili nilai 175 miliar dolar AS.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nora Azizah
Harga saham Facebook merosot 20 persen mewakili nilai 175 miliar dolar AS.
Foto: Ubergizmo
Harga saham Facebook merosot 20 persen mewakili nilai 175 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meta, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook menjadi perusahaan teknologi terbaru yang mengalami penurunan harga saham. Menurut laporannya pada Rabu (2/2/2022), hargam saham merosot di tengah pertumbuhan yang melambat.

Meta mengungkapkan telah menghabiskan 10 miliar dolar Amerika untuk proyek metaverse. Namun, Meta menghadapi hambatan karena adanya peningkatan dari pesaing. Harga saham Meta turun 20 persen, penurunan yang mewakili nilai 175 miliar dolar Amerika.

Baca Juga

Meski begitu, pendapatan Meta sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan selama tiga bulan terakhir, yaitu 33,67 miliar dolar Amerika. Meta melaporkan jumlah pengguna aktif harian lebih rendah, 1,93 miliar dibandingkan 1,92 miliar pada kuartal terakhir. Pertumbuhan Facebook terhenti di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi penurunan terbaru datang dari Afrika dan Amerika Latin.

Facebook mengumumkan perubahan namanya menjadi Meta pada Oktober lalu. Kepala Meta Mark Zuckerberg ingin memfokuskan kembali perusahaan pada rencana ambisius untuk membangun metaverse realitas virtual.

Untuk pertama kalinya, Meta mengungkapkan banyak pengeluaran yang dilakukan demi strategi barunya. Divisi Reality Labs yang membuat kacamata realitas virtual, kacamata pintar, dan produk lain yang belum dirilis menghabiskan lebih dari 10 miliar dolar Amerika pada tahun 2021. Pengeluaran tersebut menurunkan laba kuartalan sebesar delapan persen dan Zuckerberg telah mengindikasikan bahwa ada lebih banyak lagi pengeluaran nantinya.

Dilansir The Guardian, Kamis (3/2/2022), perusahaan menetapkan serangkaian masalah yang dapat memengaruhi pertumbuhan dalam waktu dekat, termasuk perubahan platform dan peraturan. Langkah ini juga mengikuti serangkaian krisis di perusahaan yang dituduh mempromosikan berita palsu di seluruh dunia yang memicu permusuhan dan menyerang privasi.

Zuckerberg mengaku bangga dengan pekerjaan yang telah dilakukan perusahaan pada tahun lalu tetapi mengakui perusahaan menghadapi persaingan ketat untuk mendapatkan perhatian dari para pesaing termasuk TikTok. 

“Tahun lalu adalah tentang menempatkan arah tujuan kami dan tahun ini adalah eksekusi,” kata Zuckerberg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement