REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari sudah berlangsung mulai Senin 21 Februari hingga 5 April 2022. Fenomena tersebut bisa dirasakan di Indonesia. Sebenarnya, apa itu fenomena Hari Tanpa Bayangan?
Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan Hari Tanpa Bayangan terjadi ketika nilai deklinasi yang merupakan sudut apit antara lintasan semu harian matahari dengan proyeksi ekuator bumi pada bola langit atau ekuator langit sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia.
“Ini berarti, matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari. Ketika matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari sehingga fenomena ini disebut Hari Tanpa Bayangan,” kata Andi dikutip situs BRIN, Senin (21/2).
Andi menjelaskan fenomena ini terjadi dua kali setahun di kota-kota yang terletak di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Sementara, untuk kota-kota yang terletak tepat di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami Hari Tanpa Bayangan hanya sekali setahun yakni ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember).
“Fenomena ini akan kembali terjadi di Indonesia antara tanggal 6 September hingga 21 Oktober 2022 nanti. Saat sinar matahari datang tegak lurus permukaan bumi, intensitas penyinaran atau radiasi matahari akan maksimum. Akan tetapi, tidak serta memengaruhi kenaikan suhu di permukaan bumi saat tengah hari bagi wilayah mengalami Hari Tanpa Bayangan,” ujarnya.
Hal ini dikarenakan kenaikan suhu tidak hanya dipengaruhi oleh sudut penyinaran, tetapi juga dipengaruhi oleh tutupan awan, kadar kelembaban dan jumlah bibit awan hujan. Semakin kecil tutupan awan, kadar kelembaban dan bibit awan hujan di wilayah tersebut, maka suhu permukaan bumi akan maksimum saat tengah hari. Selain itu, jarak bumi matahari juga sedikit berperan dalam kenaikan dan penurunan suhu rata-rata permukaan Bumi meskipun hanya 2,4 derajat celsius.
Berikut tips untuk menyaksikan fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari:
1.Siapkan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yang dapat ditegakkan.
2.Letakkan di permukaan yang rata di tempat yang tersorot sinar matahari.
3.Amati bayangan pada waktu yang sudah ditentukan.
4.Dapat abadikan fenomena ini melalui potret foto maupun rekaman video sebagai bukti kalau pada saat tersebut bayangan benda benar-benar tidak ada.
5.Jika cuaca berawan, dapat disaksikan paling cepat 5 menit sebelum atau paling lambat 5 menit setelah waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan di luar rentang waktu 5 menit, bayangan matahari sudah muncul kembali.