REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Paham radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Mudahnya akses informasi dan teknologi menyebabkan banyak orang yang terpapar paham radikalisme.
Dunia kampus menjadi sasaran empuk bagi penyebar paham radikalisme karena adanya kebebasan ide dan gagasan.
Ketua Yayasan YPPIJ, Prof Arissetyanto, mengatakan pihaknya berupaya memperkuat ketahanan dari ancaman radikalisme. Pihaknya mempunyai strategi tersendiri dalam penanganan tersebarnya paham radikalisme di perguruan tinggi.
Dia menambahkan, sejatinya dalam menangkal radikalisme ini ada dalam sikap masyarakat Indonesia. Di antaranya sikap tenggang rasa, teposeliro, guyub, gotong royong, terciptanya ruang dialog bersama dengan baik.
"Kita terapkan nilai luhur bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila dalam bingkai bhinneka tunggal Ika. Mari kita rapatkan barisan sesama bangsa, rekatkan persatuan untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang adil makmur sesuai UUD 45," katanya dalam Webinar Nasional "Strategi Mencegah Paham Radikalisme dan Upaya Moderasi Beragama" Universitas Trilogi Jakarta bekerjasama dengan Kodam Jaya. Selasa, (8/3/ 2022).
Pangdam Jaya Mayjen TNI Budiharto saat menjadi Keynote Speech mengapresiasi Universitas Trilogi dalam menyelenggarakan Webinar tersebut.
Menurutnya, seluruh civitas akademika perlu waspada dan mendeteksi masuk paham radikalisme. Untuk itu, lanjutnya, salah satu upaya untuk mencegah paham radikalisme tersebar adalah sosialisasi nilai-nilai konsensus dasar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, bhinneka tunggal Ika, dan kesatuan NKRI.
"Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam menangkal paham radikalisme adalah melalui pendidikan moderasi agama. Mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin, menjaga tempat ibadah dari penyebar paham radikal, pembinaan bela negara, dan lainnya. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa," terangnya.
Hal senada diungkapkan Koordinator Staffsus Kementerian Agama, Adung Abdul Rahman. Menurutnya, paham radikalisme tidak selalu dari agama.
Pasalnya, dalam agama mengajarkan cinta damai dan kasih sayang. Untuk itu, lanjutnya, moderasi beragama diyakini sebagai upaya menangkal paham radikalisme.
"Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama. Dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum. Berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa," paparnya.
Dia menyebutkan indikator moderasi beragama di antaranya komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan penerimaan tradisi budaya lokal. Dirinya mengatakan, upaya menangkal paham radikalisme melalui beragam strategi.
Di antaranya penguatan cara pandang moderasi agama, harmoni dalam kehidupan, penyelarasan moderasi agama. "Salah satu upaya menangkal radikalisme yakni meningkatkan kualitas beragama. Penguatan pemberdayaan masyarakat yang bisa mengurangi pengaruh bujukan kelompok radikal," jelasnya.
Direktur Klinik Pancasila, Dr Dodi Susanto, mengungkapkan perlu mewaspadai serangan dari gerakan dan paham radikalisme. Menurutnya, penguatan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa bisa menjadi penangkal paham rumah.
Dia mengatakan, Pancasila harus dijadikan sebagai ilmu pengetahuan agar terus berkembang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebhinekaan, lanjutnya, harus diterapkan dalam gerakan. Seperti kegiatan Webinar kali ini harus sering dilakukan tidak hanya setahun sekali, tapi bisa sebulan sekali. “Penguatan nilai pancasila dan wawasan kebangsaan yang kuat bisa mempertahankan dari serangan radikalisme," kata dia.
Dalam kesempatan tersebut acara dimoderatori oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Trilogi Risqon Halal Syah Aji. Tampak hadir dalam Webinar Rektor Universitas Trilogi Prof Mudrajad Kuncoro, PhD. Wakil Bupati Tasikmalaya Cecep Nurul yakin.