Senin 25 Apr 2022 08:59 WIB

Pasien Covid-19 Dirawat di Rumah Sakit Pulih Lebih Lama

Hanya 25 persen pasien Covid-19 yang pulih lima bulan setelah pulang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Hanya 25 persen pasien Covid-19 yang pulih lima bulan setelah pulang.
Foto: www.freepik.com
Hanya 25 persen pasien Covid-19 yang pulih lima bulan setelah pulang.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah survei mengungkap temuan mengejutkan mengenai tingkat pemulihan pasien Covid-19 di Inggris yang dirawat di rumah sakit. Studi digagas oleh tim ilmuwan dan dokter dari Universitas Leicester.

Dari 750 ribu pasien yang dirawat di rumah sakit, banyak yang masih melaporkan kelelahan, nyeri otot, insomnia, dan sesak napas. Pasien perempuan lebih parah terdampak efek berkepanjangan alias long Covid.

Baca Juga

Berdasarkan studi, pasien Covid-19 di Inggris yang dirawat di RS disinyalir pulih lebih lama. Hanya 29 persen pasien yang sembuh dalam setahun dan hanya 25 persen pasien yang pulih sepenuhnya lima bulan setelah pulang.

"Itu adalah tingkat pemulihan yang sangat terbatas dalam hal peningkatan kesehatan mental, kerusakan organ, dan kualitas hidup. Itu sangat mencolok," kata salah satu peneliti studi, Rachael Evans.

Tim juga menemukan bahwa pasien perempuan memiliki tingkat pemulihan yang lebih buruk daripada pria setelah dirawat di rumah sakit. Selain itu, obesitas cenderung menghambat prospek perbaikan kesehatan seseorang.

Hasil penelitian akan dipresentasikan pada Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular (ECCMID) di Lisbon. Analisis dilakukan terhadap lebih dari 2.000 individu dari 39 rumah sakit NHS yang telah dirawat setelah tertular Covid-19.

Tindak lanjut penilaian kesehatan dilakukan setelah lima bulan dan sekali lagi setelah satu tahun. Memakai ventilasi mekanis saat di RS juga dikaitkan dengan tingkat pemulihan yang lebih buruk.

Profesor Louise Wain yang juga terlibat dalam penelitian menyebutkan faktor penting lain dalam menyebabkan lamanya pemulihan. Penyebab itu yakni kurangnya perawatan yang ada untuk long Covid. "Tidak ada terapi khusus untuk long Covid dan data kami menyoroti bahwa intervensi yang efektif sangat diperlukan," tutur Wain.

Para peneliti juga menemukan bahwa banyak dari pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengidap peradangan terus-menerus. Itu menunjukkan kemungkinan pentingnya respons berupa strategi antiinflamasi.

Pekan lalu, Kantor Statistik Nasional di Inggris (ONS) merilis angka yang menunjukkan bahwa tujuh dari 10 orang di negara tersebut telah terinfeksi Covid-19 sejak awal pandemi. Penyakit sangat berdampak terhadap kondisi kesehatan warga Inggris.

Statistik yang diterbitkan berdasarkan pengujian sampel terhadap lebih dari 500 ribu orang. Hasilnya menunjukkan bahwa 71 persen populasi di Inggris telah tertular Covid-19 antara 27 April 2020 hingga 11 Februari 2022.

Namun, perkiraan angka tersebut dinilai masih terlalu rendah. Hal itu mengingat dampak dari gelombang infeksi omicron terbaru yang mencapai prevalensi tertinggi setelah Februari.

ONS juga mengungkapkan bahwa kasus Covid-19 turun di seluruh negeri, menunjukkan bahwa gelombang terbaru penyakit tersebut telah mencapai puncaknya. Sekitar 3,8 juta orang diperkirakan terinfeksi pekan lalu. Sementara, puncaknya adalah infeksi 4,9 juta orang sebulan lalu ketika jumlah kasus mencapai tingkat tertinggi sejak pandemi dimulai.

Dengan data tersebut, tim peneliti menekankan hasil studi punya peran penting dan ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan cara mengatasi long Covid.

"Tanpa perawatan yang efektif, long Covid bisa menjadi kondisi jangka panjang yang sangat umum," kata penulis studi lainnya, Profesor Chris Brightling, dikutip dari laman The Guardian, Senin (25/4/2022).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement