REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjing yang sudah dilatih bisa mendeteksi kasus Covid-19 dengan akurasi yang lebih baik dibandingkan tes rapid antigen. Anjing terlatih bahkan bisa mendeteksi kasus Covid-19 yang tak bergejala.
Kemampuan anjing dalam mendeteksi kasus Covid-19 ini diungkapkan oleh sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Plus One, dilansir dari mirror.co.uk, Senin (6/6/2022). Para anjing yang terlibat dalam studi ini memiliki akurasi sebesar 97 persen dalam mengidentifikasi kasus Covid-19 positif. Angka akurasi ini lebih baik dibandingkan sebagian tes rapid antigen.
Para anjing ini dapat mendeteksi kasus Covid-19 setelah mengendus sampel keringat manusia. Sampel keringat tersebut diambil dari pasien Covid-19 bergejala dan tanpa gejala yang ada di berbagai pusat komunitas di Paris. Sebagian sampel keringat juga diambil dari orang sehat yang tak mengalami Covid-19.
Ada lima anjing terlatih yang dilibatkan dalam studi. Para anjing ini dilatih dengan mendapatkan hadiah bila berhasil mendeteksi sampel Covid-19 yang positif. Ada total 335 sampel keringat yang harus diendus para anjing, dan sebanyak 109 di antaranya merupakan sampel dari kasus Covid-19 yang terbukti positif melalui tes PCR.
Setiap kali anjing mendeteksi kasus Covid-19 positif, dia akan duduk. Para anjing rata-rata hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk menganalisis 20 sampel.
Studi terbaru ini dilakukan pada awal 2021. Artinya, para anjing tersebut terlatih dalam mengidentifikasi virus corona original. Salah satu peneliti, Dominique Grandjean, sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa baik kemampuan para anjing dalam mengenali berbagai varian Covid-19 yang ada saat ini.
Beberapa studi sebelumnya juga mengungkapkan bahwa anjing memiliki kemampuan untuk mendeteksi Covid-19. Peneliti di Florida misalnya, pada tahun lalu menemukan bahwa anjing bisa mendeteksi Covid-19 dengan akurasi sekitar 73-93 persen. Di Inggris, studi juga menemukan bahwa anjing memiliki akurasi sebesar 82-94 dalam mendeteksi kasus Covid-19.
Berdasarkan temuan terbaru ini, Grandjean menilai anjing-anjing terlatih dapat membantu mendeteksi Covid-19 di berbagai tempat. Beberapa contohnya adalah di bandar udara, panti jompo, sekolah, hingga dalam gelaran pertandingan olahraga.
Saat ini, beberapa negara telah memanfaatkan kemampuan anjing dalam mendeteksi Covid-19 di bandar udara. Negara-negara tersebut adalah Arab Saudi, Finlandia, dan Uni Emirat Arab.
"(Anjing) hanya membutuhkan sedikit molekul (untuk mengidentifikasi sebuah kasus positif)," pungkas Grandjean.
Terlepas dari temuan yang menjanjikan ini, Direktur Penn Vet Working Dog Center di University of Pennsylvania Dr Cynthia Otto mengatakan, melatih anjing untuk mendeteksi Covid-19 di lingkungan nyata merupakan hal yang sulit. Namun, Dr Otto menilai hal tersebut bukan sesuatu yang mustahil.
"Namun untuk memastikan hal ini berjalan baik dengan kontrol yang tepat, jaminan kualitas, serta keamanan, itu merupakan langkah besar," ungkap Dr Otto.
Menurut Grandjean, para anjing memiliki kemampuan untuk mendeteksi Covid-19 karena hewan tersebut memiliki organ Jacobson di dalam hidung. Organ ini membantu para anjing untuk mampu mencium aroma yang tak bisa terendus oleh manusia. Ahli meyakini bahwa organ ini memungkinkan para anjing untuk membaui aroma protein virus corona.
Selain itu, para anjing juga mampu membaui senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa ini bisa ditemukan pada udara yang dihembuskan, liur, dan keringat. Grandjean mengatakan Covid-19 memiliki senyawa organik mudah menguap tertentu yang bisa dideteksi oleh anjing.
"Tapi kita tidak benar-benar tahu apa itu secara kimia," lanjutnya.
Sebagai tambahan, Grandjean mengatakan semua jenis anjing bisa mendeteksi Covid-19 bila mereka suka bermain dan tak memiliki hidung pesek. Beberapa hewan lain, seperti kucing, juga memiliki indra penciuman yang sama tajam. Akan tetapi, anjing jauh lebih mudah untuk dilatih dibandingkan hewan-hewan lain.