Sabtu 04 Jun 2022 04:40 WIB

Disfungsi Tiroid Bisa Terjadi Setelah Covid-19 dengan Gejala Berat

Peneliti sebut fungsi tiroid pada pasien Covid-19 bergejala berat perlu diukur.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Pengecekan gangguan tiroid (Ilustrasi). Dokter menganjurkan agar pemantauan kesehatan pasien Covid-19 berat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, sekitar lima hingga 10 tahun, untuk memantau risiko kemungkinan terjadinya masalah tiroid lain.
Foto: Reuters
Pengecekan gangguan tiroid (Ilustrasi). Dokter menganjurkan agar pemantauan kesehatan pasien Covid-19 berat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, sekitar lima hingga 10 tahun, untuk memantau risiko kemungkinan terjadinya masalah tiroid lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari University of Milan menemukan adanya kasus radang kelenjar tiroid atau tiroiditis pada orang yang pernah terkena Covid-19 berat. Akan tetapi, dampaknya terhadap fungsi tiroid hanya sementara.

Hubungan antara masalah tiroid dengan riwayat Covid-19 ini disoroti dalam sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Dr Ilaria Muller dari University of Milan. Studi ini melibatkan 100 pasien yang dirawat di rumah sakit karena terkena Covid-19 berat.

Baca Juga

Studi ini memiliki dua tujuan, yang pertama adalah membuktikan bahwa Covid-19 mempengaruhi fungsi tiroid dan memicu peradangan pada tiroid. Sedangkan tujuan yang kedua adalah untuk menghubungkan fungsi tiroid dengan beberapa parameter keparahan Covid-19.

Selama studi berlangsung, tim peneliti menganalisis thyroid stimulating hormone (TSH) dan berbagai indikator lain dari para pasien. Dari pemantauan yang dilakukan, tim peneliti cukup sering menemukan kejadian tiroiditis pada para pasien.

Peneliti lalu melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang sama sekitar satu tahun kemudian. Dari pemeriksaan ultrasound tiroid, tim peneliti menemukan bahwa tiroiditis masih terlihat pada setengah populasi pasien. Selain itu, empat dari enam pasien tampak memiliki penanda atau indikator tiroiditis.

Berdasarkan temuan ini, Dr Muller meyakini bahwa tenaga kesehatan profesional perlu mengukur fungsi tiroid pada pasien Covid-19 bergejala berat. Konsentrasi serum TSH dan triiodothyronine bebas (FT3) merupakan indikator prognostik untuk keparahan penyakit tiroid.

"Lebih lanjut, pemeriksaan ini memungkinkan (nakes) untuk mendiagnosis kemungkinan adanya tirotoksikosis atau kelebihan hormon tiroid karena tiroiditis atipikal, yang merupakan faktor risiko tambahan untuk outcome buruk pada pasien yang sudah lemah akibat sakit Covid-19 berat," jelas Dr Muller, seperti dilansir Medical News Today, Jumat (3/6/2022).

Kabar baiknya, Dr Muller mengatakan efek dari infeksi SARS-CoV-2 dan penyakit Covid-19 terhadap fungsi tiroid tampak ringan dan sementara. Dr Muller mengatakan, tiroiditis memang bisa bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi, namun fungsi tiroid bisa membaik seiring waktu.

"Tak ada peningkatan autoimunitas tiroid yang ditemukan. Oleh karena itu, konsekuensi jangka panjang pada fungsi tiroid kemungkinan tidak terjadi," jelas Dr Muller.

Dr Antonio C Bianco dari University of Chicago juga merasa lega saat melihat fungsi tiroid kembali normal setelah 12 bulan, pada sebagian besar kasus. Selain itu, sisa abnormalitas fungsi tiroid hanya terlihat pada sebagian kecil pasien setelah 12 bulan berlalu.

Namun, Dr Bianco sempat merasa terkejut ketika melihat tanda tiroiditis terlihat pada setengah populasi yang terdampak. Temuan ini mengindikasikan bahwa tiroiditis terkait Covid-19 cukup banyak terjadi pada pasien Covid-19 bergejala berat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement