REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa belahan dunia saat ini sedang mengalami gelombang panas. Lebih dari 100 juta orang Amerika berada di bawah peringatan panas ekstrem. Sementara suhu di wilayah Inggris mencapai lebih dari 40˚C, rekor yang belum pernah disaksikan sebelumnya di negara itu.
Laporan dari ABC News, suhu terik dua minggu terakhir di Spanyol dan Portugal telah menjadi faktor penyebab 1.169 kematian. Kematian itu mengingatkan pada gelombang panas Eropa tahun 2003 yang mematikan dan merenggut 14.802 nyawa di Prancis karena hipertermia.
Menurut Richard Keller, seorang profesor sejarah medis dan bioetika Universitas Wisconsin-Madison dan penulis Fatal Isolation: The Devastating Paris Heat Wave of 2003, mayoritas yang meninggal adalah orang tua yang tinggal sendirian di gedung apartemen tanpa AC.
Jadi bagaimana panas menyebabkan kematian?
Dilansir dari Live Science, usus melepaskan racun ke dalam tubuh, sel-sel mulai mati. Reaksi peradangan yang mematikan dapat terjadi ketika suhu inti tubuh naik terlalu tinggi.
Berdasarkan penelitian di jurnal Medicine & Science in Sports & Exercise, orang tua lebih berisiko mengalami kematian akibat panas, seringkali karena sistem kardiovaskular mereka kurang mampu menahan stres yang disebabkan oleh panas yang berlebihan. Namun, bahkan orang muda yang sehat secara fisik dapat meninggal dengan cepat pada suhu yang terlalu tinggi.