REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru mencoba mempelajari kaitan Covid-19 dengan berbagai gejala neurologis, termasuk kabut otak dan kebingungan. Studi otopsi juga mendeteksi virus corona di otak manusia. Namun, bagaimana virus sampai di sana masih menjadi misteri.
Studi sebelumnya menunjukkan reseptor ACE2 yang biasanya digunakan virus untuk masuk ke dalam sel hampir tidak terdeteksi di otak, atau tidak seperti sel yang melapisi hidung, mulut, dan paru-paru. Peneliti di Institut Pasteur di Prancis Chiara Zurzolo dan rekan-rekannya telah menemukan virus corona tampaknya memiliki cara untuk masuk ke sel yang kekurangan reseptor ACE2 melalui sel yang memilikinya.
Tim peneliti melakukan percobaan di piring dengan virus corona dan dua jenis sel yang berbeda. Satu yang disebut SH-SY5Y digunakan untuk memodelkan sel-sel otak manusia. Jenis sel lainnya, Vero E6 digunakan untuk memodelkan sel yang melapisi permukaan tubuh, termasuk hidung.
Sel-sel otak model tidak dapat terinfeksi virus corona karena mereka tidak memiliki reseptor ACE2. Namun, ketika mereka diinkubasi dalam wadah yang sama dengan model sel hidung, yang memang memiliki reseptor ini, mereka menjadi terinfeksi.
Di bawah mikroskop elektron yang sangat kuat, para peneliti melihat saat memasuki model sel hidung, virus merangsang sel untuk menumbuhkan tabung kecil yang disebut tunneling nanotube yang membentuk koneksi dengan model sel otak. Peneliti melihat virus menggunakan tabung kecil itu untuk berpindah-pindah di antara dua jenis sel. Nanotube sudah diketahui mengangkut struktur tertentu dan partikel virus lainnya di antara sel-sel yang jauh.
“Saya pikir ini adalah studi yang sangat menarik karena memberikan mekanisme yang bagus dan rapi dimana virus dapat ditransfer dari satu sel ke sel lain sambil mengabaikan kebutuhan reseptor ACE2,” kata peneliti dari University of Queensland di Australia, Frederic Meunier dilansir New Scientist, Sabtu (23/7/2022).
Namun, karena percobaan terbatas pada sel-sel di piring, Meunier mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi mekanisme yang sama terjadi di dalam otak. Zurzolo mengatakan kelompoknya sedang menyiapkan eksperimen yang lebih mirip dengan interaksi antara sel-sel di hidung dan otak.
Jika tabung nanotube dikonfirmasi untuk mengangkut virus corona dari hidung ke otak, Zurzolo meyakinkan bahwa peneliti mungkin dapat mengembangkan obat untuk memblokirnya. “Saat ini, kami tidak memiliki molekul penghambat nanotube tunneling khusus, tetapi kami sedang melakukan penyaringan untuk menemukannya,” ujar Zurzolo.